Washington (ANTARA News) - Pada 100 hari pertamanya menjabat presiden, Donald Trump jarang jauh-jauh dari kompleks istana kepresidenan Gedung Putih atau resort pribadinya Mar-a-Lago. Dalam kata lain dia jarang sekali menggelar kunjungan kerja ke daerah-daerah.

Padahal sepanjang tahun lalu, Presiden AS itu mendaulat dirinya sebagai orang luar Washington dan pembela rakyat serta sering merasa paling nyaman berada di daerah-daerah sewaktu berkampanye.

Trump masih terus bisa mengungkapkan kepada rakyat Amerika mengenai apa yang ada dalam benaknya melalui Twitter, tetapi dia tidak sering mengunjungi daerah-daerah sejak dilantik pada 20 Januari.

Trump menyampaikan pernyataan publik di Gedung Putih sebanyak 132 kali selama 100 hari pertamanya, sedangkan Barack Obama 139 kali dalam periode sama, George W. Bush 177 kali dan Bill Clinton 162 kali.

22 dari penampilannya berlangsung di luar Gedung Putih, Air Force One, sebuah departemen pemerintah atau di Mar-a-Lago, resort Florida yang disebutnya "Gedung Putih Musim Dingin." Itu terbilang sedikit jika dibandingkan 62 penampilan yang dibuat Obama pada 100 hari pertamanya, 80 oleh Bush dan 46 oleh Clinton.


Baca juga: (Trump sebut 100 hari pertamanya "sangat produktif")


Reuters mengkaji pernyataan-pernyataan resmi yang disampaikan para presiden dengan menggunakan laman Gedung Putih, laporan pool dan dokumen-dokumen yang diarsip oleh American Presidency Project pada Universitas California, Santa Barbara.

Trump menyampaikan pernyataan publik pada lima kesempatan terpisah di Mar-a-Lago. Sebaliknya, tidak satu pun tiga presiden sebelum dia yang berbicara dari kediaman pribadinya selama 100 hari pertama memerintah, kendati Bush pernah dua kali berbicara di Camp David, tempat peristirahatan resmi presiden di kawasan pedesaan di Maryland.

Ketika ditanya mengenai jarangnya Trump mengadakan lawatan kerja ke daerah, para penasihat Trump berdalih bahwa dia fokus mewujudkan janji-janji yang dia sampaikan selama kampanye presiden silam.

"Tentu saja ada kelebihan dalam waktu beliau. Kami mengisinya dengan kunjungan yang penuh makna," kilah Juru Bicara Gedung Putih Natalie Strom.

Bradley Blakeman, yang menjadi asisten deputi untuk agenda kepresidenan di bawah pemerintahan Bush, menyebut Trump mungkin telah kehilangan peluang menjual pesan-pesannya kepada publik.


Baca juga: (100 hari Trump: sahabat sudah perkirakan dia tak nyaman jadi presiden)


"Kesepakatan-kesepakatan memang dibuat di Washington di Pennsylvania Avenue, tetapi semua itu dijual di Jalan Utama (masyarakat awam), Amerika Serikat," kata Blakeman. "Jalan itu adalah bagian penting dari mimbar presiden."

Dia mengatakan Trump seharusnya menyasar masalah-masalah yang fokus kepada prioritas-prioritas legislasi khusus yang mendapat perhatian media massa lokal di mana berita-berita kunjungan presiden ke daerah cenderung lebih positif ketimbang media massa nasional.

Selama 100 hari pertamanya, Bush telah mengunjungi sekitar separuh sekolah di Washington dan paling sedikit lima negara bagian sewaktu mempromosikan prakarsa pendidikan "No Child Left Behind" (Tak Ada Anak Yang Boleh Tertinggal).

Ambisi legislatif besar Trump yang pertama adalah fokus mereformasi sistem layanan kesehatan AS, tetapi dia tidak menyampaikan pesan itu secara simbolik di fasilitas medis.

Dalam wawancara dengan Reuters pekan lalu, Trump mengeluhkan kawalan 24 jam penuh pasukan pengamanan presiden, Secret Service.


Baca juga: (100 Hari Pertama Donald Trump di mata New York Times)


"Anda sungguh masuk kepompong kecil Anda sendiri karena Anda punya perlindungan yang luar biasa besar sehingga Anda benar-benar tak bisa ke mana-mana," kata dia.

Tetapi tetap saja dia fokus kepada perhatian publik dengan keseringannya menggunakan Twitter, platform yang jarang digunakan atau sama sekali belum ada pada era tiga presiden sebelum dia.

"Interaksi online tidak sepenuhnya bisa menggantikan nilai kehadiran seseorang, tetapi Anda memang tak bisa mengabaikan fakta bahwa tidak ada batasan pada jenis rakyat yang bisa dicapai cuitan presiden," kata Strom.

Larry Jacobs, direktur Pusat Studi Politik dan Pemerintahan pada Universitas Minnesota, menyatakan cara Trump memanfaatkan media sosial memang telah membuka babak baru dalam komunikasi kepresidenan, namun ketidaklengkapan dia untuk mempunyai perhatian berkesinambungan terhadap sebuah masalah telah memutus pesan dia.

"Tak ada fokus di sana. Manakala seorang presiden bercabang-cabang pemikirannya (tidak fokus), maka dia kehilangan kekuasaannya," kata Jacobs seperti dikutip Reuters.


Baca juga: (Pengakuan jujur Donald Trump soal 100 hari pertamanya)