Rupiah kamis pagi bergerak melemah ke Rp13.319
4 Mei 2017 10:36 WIB
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi bergerak melemah sebesar 11 poin menjadi Rp13.319, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.308 per dolar AS.
"Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuannya namun masih tetap optimistis akan menaikan suku bunga acuannya pada waktu mendatang memicu dolar AS menguat," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa pada kesimpulan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dirilis dini hari tadi diputuskan mempertahankan suku bunga acuan Fed (Fed Fund Rate) di level 0,75 persen hingga 1 persen menyusul performa perekonomian AS di kuartal I 2017 relatif melambat.
"The Fed tidak kecewa terhadap perekonomian AS kuartal I 2017, menandakan meningkatnya peluang kenaikan Fed fund Rate pada FOMC pada Juni 2017 mendatang," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal I 2017 yang diperkirakan membaik mendekati 5 persen secara tahunan dapat menjadi sentimen positif bagi mata uang domestik. Apalagi, secara umum aliran dana asing masih konsisten masuk baik ke pasar saham maupun obligasi.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa evaluasi yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo terhadap 225 proyek strategis nasional, tampaknya membuka harapan positif bagi pelaku pasar akan perbaikan ekonomi nasional sehingga ruang rupiah untuk kembali menguat masih terbuka.
Di sisi lain, lanjut dia, data inflasi Indonesia yang telah dirilis juga tampaknya dinilai pasar tidak terlalu mengkhawatirkan karena diiringi dengan naiknya permintaan di masyarakat, yang menandakan daya beli meningkat.
"Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuannya namun masih tetap optimistis akan menaikan suku bunga acuannya pada waktu mendatang memicu dolar AS menguat," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa pada kesimpulan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dirilis dini hari tadi diputuskan mempertahankan suku bunga acuan Fed (Fed Fund Rate) di level 0,75 persen hingga 1 persen menyusul performa perekonomian AS di kuartal I 2017 relatif melambat.
"The Fed tidak kecewa terhadap perekonomian AS kuartal I 2017, menandakan meningkatnya peluang kenaikan Fed fund Rate pada FOMC pada Juni 2017 mendatang," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal I 2017 yang diperkirakan membaik mendekati 5 persen secara tahunan dapat menjadi sentimen positif bagi mata uang domestik. Apalagi, secara umum aliran dana asing masih konsisten masuk baik ke pasar saham maupun obligasi.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa evaluasi yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo terhadap 225 proyek strategis nasional, tampaknya membuka harapan positif bagi pelaku pasar akan perbaikan ekonomi nasional sehingga ruang rupiah untuk kembali menguat masih terbuka.
Di sisi lain, lanjut dia, data inflasi Indonesia yang telah dirilis juga tampaknya dinilai pasar tidak terlalu mengkhawatirkan karena diiringi dengan naiknya permintaan di masyarakat, yang menandakan daya beli meningkat.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: