Presiden saksikan penyerahan penghargaan Guillermo Cano WPF
Presiden Joko Widodo (keempat kanan) berfoto bersama Director General UNESCO Irina Bokova (keempat kiri), Mantan Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta (ketiga kanan), anak dari penerima penghargaan UNESCO/Guillermo Cano World Press Freedom Prize 2017 Dawit Isaak, Betlehem Isaak (ketiga kiri), Mensesneg Pratikno (kedua kiri), Menkominfo Rudiantara (kedua kanan), Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo (kanan) dan Director-General and Chief Executive Officer, Sveriges Radio (Swedish Radio) Cilla Benk (kiri) ketika menghadiri malam penganugerahan World Press Freedom Day (WPFD) 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (3/5/2017). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
"Saya ingin memberi selamat kepada peraih penghargaan Guillermo Cano World Press Freedom Prize Nyonya Betlehem dan kepada anda semua insan pers, selamat merayakan hari kebebasan pers dunia yang begitu meriah," kata Jokowi dalam sambutannya saat gala dinner penyerahan penghargaan itu pada Rabu petang.
Menurut Jokowi, peranan media begitu besar dalam perjalanan demokrasi yang dinamis.
Selain itu, jelas Kepala Negara, tantangan yang dihadapi saat ini oleh insan pers di seluruh dunia adalah menanggulangi berita gurauan (hoax news) maupun berita palsu (fake news).
Peranan media di Indonesia sejak zaman reformasi di Indonesia juga begitu penting dalam mengawal kepemerintahan yang terbuka dan memberantas korupsi serta kebebasan politik.
"Saya ingin mengatakan kepada anda para insan pers nasional dan kepada anda sekalian para insan pers internasional bahwa kami tidak dapat melakukannya tanpa partisipasi anda," ujar Jokowi.
Dalam jamuan makan malam itu, Presiden mengenakan batik panjang berwarna cokelat didampingi oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Penghargaan tersebut dianugerahkan kepada jurnalis berkebangsaan Swedia Dawit Isaak yang terakhir diketahui kabarnya pada 2005.
Dawit meraih penghargaan atas keberanian, komitmen serta perjuangannya membela kebebasan berpendapat.
Dia pernah ditangkap pada September 2001 saat terjadi kericuhan kepada media.
Hingga saat ini Dawit tidak diketahui keberadannya.
Pihak keluarga yang mewakili Dawit menerima penghargaan tersebut yaitu putri dari Dawit, Betlehem Isaak.
(T.B019/T007)
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017