Industri kimia tekstil dan aneka meningkat signifikan
1 Mei 2017 12:52 WIB
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Achmad Sigit Dwiwahjono menjadi narasumber saat diskusi mingguan di Kementerian Perindustrian, Jakarta. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Jumlah industri kimia tekstil dan aneka meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kata Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Industri Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono dalam siaran pers kementerian, Senin.
Menurut Kementerian Perindustrian industri kimia tekstil dan aneka yang tahun 2014 jumlahnya 473 perusahaan bertambah menjadi 591 pada 2015 dan 677 pada 2016.
Kementerian Perindustrian menargetkan populasi sektor industri itu meningkat menjadi 753 perusahaan pada 2017.
"Selain peningkatan daya saing dan produktivitas industri serta pengembangan perwilayahan industri di luar pulau Jawa, penumbuhan populasi industri juga menjadi fokus kami untuk mendorong pertumbuhan industri nasional," kata Sigit.
Sigit mengatakan pemerintah memacu pengembangan industri pupuk dan petrokimia di Papua Barat (Bintuni) serta memfasilitasi pembangunan pabrik petrokimia di Masela.
Pemerintah, ia melanjutkan, juga mendorong pembangunan industri berbasis gasifikasi batubara di Kalimantan Timur, Sumatera Selatan (Muara Enim), dan Lampung (Mesuji); serta pembangunan industri turunan amonia berbasis gas di Sulawesi Tengah (Donggi Senoro); dan pembangunan pabrik bahan baku obat berbasis migas.
"Investasi di dalam negeri untuk sektor IKTA, paling tinggi pada industri kimia. Namun, saat ini nilai impornya masih sangat besar,†ungkap Sigit.
Kementerian mencatat nilai investasi sektor industri kimia tekstil dan aneka Rp22,17 triliun pada kuartal pertama tahun 2017 dan sepanjang tahun lalu realisasi investasi sektor ini mencapai Rp122,5 triliun atau 37,24 persen dari pertumbuhan industri pengolahan nonmigas nasional. Tahun ini kementerian menyasar investasi Rp152 triliun di sektor ini.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis industri pengolahan nonmigas bisa tumbuh 5,2 sampai 5,4 persen seiring dengan komitmen pemerintah menciptakan iklim investasi industri dan usaha kondusif melalui deregulasi dan peluncuran paket-paket kebijakan ekonomi.
"Terutama dengan adanya penurunan harga gas industri dan harga komoditas mulai bangkit," katanya.
Airlangga menambahkan sektor industri pengolahan menyumbang 20,51 persen pada Produk Domestik Bruto tahun 2016. Rinciannya, kontribusi industri pengolahan non-migas 18,20 persen dan industri pengolahan batubara dan pengilangan migas 2,31 persen.
"Nilai tambah yang diciptakan sektor industri tidak hanya berasal dari proses produksi, tetapi juga mencakup seluruh aktivitas jasa yang terkait sampai dengan produk tersebut sampai kepada konsumen," katanya.
Menurut Kementerian Perindustrian industri kimia tekstil dan aneka yang tahun 2014 jumlahnya 473 perusahaan bertambah menjadi 591 pada 2015 dan 677 pada 2016.
Kementerian Perindustrian menargetkan populasi sektor industri itu meningkat menjadi 753 perusahaan pada 2017.
"Selain peningkatan daya saing dan produktivitas industri serta pengembangan perwilayahan industri di luar pulau Jawa, penumbuhan populasi industri juga menjadi fokus kami untuk mendorong pertumbuhan industri nasional," kata Sigit.
Sigit mengatakan pemerintah memacu pengembangan industri pupuk dan petrokimia di Papua Barat (Bintuni) serta memfasilitasi pembangunan pabrik petrokimia di Masela.
Pemerintah, ia melanjutkan, juga mendorong pembangunan industri berbasis gasifikasi batubara di Kalimantan Timur, Sumatera Selatan (Muara Enim), dan Lampung (Mesuji); serta pembangunan industri turunan amonia berbasis gas di Sulawesi Tengah (Donggi Senoro); dan pembangunan pabrik bahan baku obat berbasis migas.
"Investasi di dalam negeri untuk sektor IKTA, paling tinggi pada industri kimia. Namun, saat ini nilai impornya masih sangat besar,†ungkap Sigit.
Kementerian mencatat nilai investasi sektor industri kimia tekstil dan aneka Rp22,17 triliun pada kuartal pertama tahun 2017 dan sepanjang tahun lalu realisasi investasi sektor ini mencapai Rp122,5 triliun atau 37,24 persen dari pertumbuhan industri pengolahan nonmigas nasional. Tahun ini kementerian menyasar investasi Rp152 triliun di sektor ini.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis industri pengolahan nonmigas bisa tumbuh 5,2 sampai 5,4 persen seiring dengan komitmen pemerintah menciptakan iklim investasi industri dan usaha kondusif melalui deregulasi dan peluncuran paket-paket kebijakan ekonomi.
"Terutama dengan adanya penurunan harga gas industri dan harga komoditas mulai bangkit," katanya.
Airlangga menambahkan sektor industri pengolahan menyumbang 20,51 persen pada Produk Domestik Bruto tahun 2016. Rinciannya, kontribusi industri pengolahan non-migas 18,20 persen dan industri pengolahan batubara dan pengilangan migas 2,31 persen.
"Nilai tambah yang diciptakan sektor industri tidak hanya berasal dari proses produksi, tetapi juga mencakup seluruh aktivitas jasa yang terkait sampai dengan produk tersebut sampai kepada konsumen," katanya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: