Petani Banyuwangi upayakan sertifikasi internasional beras organik
27 April 2017 19:47 WIB
ilustrasi: Sejumlah pekerja memilah beras organik merah di Gapoktan Simpatik, Kampung Cidahu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (16/2/2017). (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Malang (ANTARA News) - Para petani padi organik di Banyuwangi mengupayakan pengurusan sertifikasi internasional beras organik karena pangsa pasarnya saat ini semakin meluas, bahkan merambah pasar luar negeri (ekspor).
Pemulia tanaman padi organik Kabupaten Banyuwangi Samanhudi mengatakan tahun ini akan diajukan proses sertifikasi internasional tersebut. "Harapan kami tahun ini sudah selesai proses pengajuannya dan sertifikasi juga turun agar beras organik yang dihasikan para petani di Banyuwangi ini memiliki nilai lebih," kata Samanhudi di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.
Ia mengaku untuk proses sertifikasi internasional beras organik asal Banyuwangi tersebut banyak dibantu dari pihak ketiga melalui dana tanggung jawab sosialnya (CSR). "Pemkab Bantuwangi juga memberikan bantuan pendampingan untuk proses pengurusannya," kata Samanhudi.
Samanhudi mengaku untuk menuju pertanian padi organik yang dirintis mulai 1999 itu tidak mudah, bahkan dirinya harus jatuh bangun untuk mengembangkan padi organik tersebut, apalagi sama sekali tidak ada bantuan dari pemkab setempat.
Untuk menetapkan lahan pertanian yang digarap itu sebagai pertanian organik pun juga harus melalui tahapan, yakni konvensional, transisi dan organik. Dari lahan konvensional menuju transisi membutuhkan waktu cukup lama, demikian juga dari transisi menuju organik, juga membutuhkan waktu lama, bahkanyang menetapkan adalah badan sertifikasi.
Menurut dia, loaksi tanaman padi organik juga berpengaruh besar terhadap produktivitas atau hasil panen padi. Misalnya, lahan padi organik di atas ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut (mdpl) produktivitasnya semakin bagus, namun rendah di kualitas.
Semakin tinggi lokasi area pertanian, akan semakin rendah produktivitasnya, namun kualitas yang dihasilkan semakin bagus. Area pertanian organik di ketinggian 0-200 mdpl rata-rata produktivitasnya mencapai lebih dari 10 ton per hektare, sedangkan yang berada di atas 600 mdpl, rata-rata hanya mampu menghasilkan sekitar 5,5 ton per hektare.
Sementara itu, Kepala Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Jember yang membawahi lima daerah teramsuk Kabupaten Banyuwangi, Lukman Hakim mengaku untuk mewujudkan sertifikasi intenasional beras organik Banyuwangi itu pihaknya tidak bisa hanya bekerja sama denga petani, tetapi harus melibatkan banyak instansi.
"Untuk merealisasikan ini semua kami tidak bisa bekerja sendirian. Kluster binaan BI yang fokus pada pengemabngan beras organik ini cukup potensial untuk memenuhi kebutuhan pangan ekspor maupun lokal. Dan, untuk ekspor inilah kami berupaya membantu petani untuk mengurus sertifikasi internasionalnya," urainya.
Para petani padi organik yang tergabung dalam Koperasi Kelompok Tani Mendo Sampurno, khususnya yang menghasilkan beras merah di Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, melakukan panen perdana padi beras merah di atas lahan sekitar 20 hektare.
Selain menanam padi organik yang menghasilkan beras merah, juga ada yang menghasilkan beras putih dan beras hitam. Luas lahan pertanian padi organik di kabupaten itu saat ini mencapai sekitar 78 hektare yang tersebar di tujuh kecamatan.
(T.E009/B012)
Pemulia tanaman padi organik Kabupaten Banyuwangi Samanhudi mengatakan tahun ini akan diajukan proses sertifikasi internasional tersebut. "Harapan kami tahun ini sudah selesai proses pengajuannya dan sertifikasi juga turun agar beras organik yang dihasikan para petani di Banyuwangi ini memiliki nilai lebih," kata Samanhudi di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.
Ia mengaku untuk proses sertifikasi internasional beras organik asal Banyuwangi tersebut banyak dibantu dari pihak ketiga melalui dana tanggung jawab sosialnya (CSR). "Pemkab Bantuwangi juga memberikan bantuan pendampingan untuk proses pengurusannya," kata Samanhudi.
Samanhudi mengaku untuk menuju pertanian padi organik yang dirintis mulai 1999 itu tidak mudah, bahkan dirinya harus jatuh bangun untuk mengembangkan padi organik tersebut, apalagi sama sekali tidak ada bantuan dari pemkab setempat.
Untuk menetapkan lahan pertanian yang digarap itu sebagai pertanian organik pun juga harus melalui tahapan, yakni konvensional, transisi dan organik. Dari lahan konvensional menuju transisi membutuhkan waktu cukup lama, demikian juga dari transisi menuju organik, juga membutuhkan waktu lama, bahkanyang menetapkan adalah badan sertifikasi.
Menurut dia, loaksi tanaman padi organik juga berpengaruh besar terhadap produktivitas atau hasil panen padi. Misalnya, lahan padi organik di atas ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut (mdpl) produktivitasnya semakin bagus, namun rendah di kualitas.
Semakin tinggi lokasi area pertanian, akan semakin rendah produktivitasnya, namun kualitas yang dihasilkan semakin bagus. Area pertanian organik di ketinggian 0-200 mdpl rata-rata produktivitasnya mencapai lebih dari 10 ton per hektare, sedangkan yang berada di atas 600 mdpl, rata-rata hanya mampu menghasilkan sekitar 5,5 ton per hektare.
Sementara itu, Kepala Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Jember yang membawahi lima daerah teramsuk Kabupaten Banyuwangi, Lukman Hakim mengaku untuk mewujudkan sertifikasi intenasional beras organik Banyuwangi itu pihaknya tidak bisa hanya bekerja sama denga petani, tetapi harus melibatkan banyak instansi.
"Untuk merealisasikan ini semua kami tidak bisa bekerja sendirian. Kluster binaan BI yang fokus pada pengemabngan beras organik ini cukup potensial untuk memenuhi kebutuhan pangan ekspor maupun lokal. Dan, untuk ekspor inilah kami berupaya membantu petani untuk mengurus sertifikasi internasionalnya," urainya.
Para petani padi organik yang tergabung dalam Koperasi Kelompok Tani Mendo Sampurno, khususnya yang menghasilkan beras merah di Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, melakukan panen perdana padi beras merah di atas lahan sekitar 20 hektare.
Selain menanam padi organik yang menghasilkan beras merah, juga ada yang menghasilkan beras putih dan beras hitam. Luas lahan pertanian padi organik di kabupaten itu saat ini mencapai sekitar 78 hektare yang tersebar di tujuh kecamatan.
(T.E009/B012)
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: