BI: rupiah bergerak stabil pada triwulan I-2017
27 April 2017 17:04 WIB
Bank Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (tengah) bersama Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri) dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (kanan) saat konferensi pers hasil Rapat Koordinaasi Pusat dan Daerah (Rakorpusda) tentang reformasi pangan di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (31/3/2017).(ANTARA FOTO/R Rekotomo)
Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung stabil pada triwulan I-2017.
"Rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat. Apresiasi rupiah triwulan satu 2017, year-to-date, mencapai 1,09 persen, menguat dari Rp13.473 menjadi Rp13.326 (per dolar AS)," kata Agus dalam jumpa pers mengenai hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Kamis.
Agus mengatakan tren apresiasi rupiah terhadap dolar AS ini didorong oleh persepsi positif pelaku pasar keuangan seiring dengan prospek membaiknya ekonomi global, optimisme ekonomi domestik serta meningkatnya aliran masuk modal asing.
"Terjaganya tekanan nilai tukar karena menurunnya risiko global seiring relatif terbatasnya dampak kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Fed Fund Rate) pada Maret 2017 dan peningkatan harga komoditas global sejak triwulan empat 2016," jelas Agus.
Agus menambahkan dari sisi domestik, dinamika pergerakan rupiah didukung oleh sentimen positif dari optimisme membaiknya prospek dan stabilitas ekonomi yang solid, termasuk dari peningkatan posisi cadangan devisa.
"Sejalan dengan tekanan nilai tukar, tekanan pasar keuangan ikut terjaga di area normal, tercermin dari kondisi perkembangan kinerja pasar keuangan domestik yang stabil," kata mantan Menteri Keuangan itu.
Menurut dia, nilai tukar rupiah saat ini dalam kondisi yang baik karena telah mencerminkan kondisi fundamental dan tidak terlalu bergejolak, seperti yang pernah terjadi dalam periode "Taper Tantrum" pada 2013 akibat ketidakpastian kebijakan Bank Sentral AS.
Selama pergerakan rupiah yang stabil ini, BI tidak mengambil kebijakan yang terlalu ketat untuk mengintervensi di pasar, meski kondisi flexible exchange rate terus dipantau terutama apabila rupiah kembali bergejolak tidak sesuai dengan fundamental.
"Sekarang ini volatilitasnya tidak terlalu tinggi, karena kita sekarang ada di kisaran dua-tiga persen. Kalau dibandingkan dengan dua tahun lalu, volaitilitasnya waktu itu bisa 18 persen. Jadi kita membiarkan ini sesuai dengan mekanisme pasar," ujar Agus.
Selain itu, Agus memastikan BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga kondisi perekonomian nasional, agar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak lagi mengalami pergerakan yang terlalu tajam.
"Sekarang rupiah sudah mencerminkan fundamental, di kisaran Rp13.200-Rp13.400 (per dolar AS). Kita lihat ke depan, kalau inflasi tetap terjaga, defisit transaksi berjalan terjaga, neraca perdagangan terjaga, pertumbuhan ekonomi baik, tentu ini akan membuat fundamental kita lebih baik," katanya.
"Rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat. Apresiasi rupiah triwulan satu 2017, year-to-date, mencapai 1,09 persen, menguat dari Rp13.473 menjadi Rp13.326 (per dolar AS)," kata Agus dalam jumpa pers mengenai hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Kamis.
Agus mengatakan tren apresiasi rupiah terhadap dolar AS ini didorong oleh persepsi positif pelaku pasar keuangan seiring dengan prospek membaiknya ekonomi global, optimisme ekonomi domestik serta meningkatnya aliran masuk modal asing.
"Terjaganya tekanan nilai tukar karena menurunnya risiko global seiring relatif terbatasnya dampak kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Fed Fund Rate) pada Maret 2017 dan peningkatan harga komoditas global sejak triwulan empat 2016," jelas Agus.
Agus menambahkan dari sisi domestik, dinamika pergerakan rupiah didukung oleh sentimen positif dari optimisme membaiknya prospek dan stabilitas ekonomi yang solid, termasuk dari peningkatan posisi cadangan devisa.
"Sejalan dengan tekanan nilai tukar, tekanan pasar keuangan ikut terjaga di area normal, tercermin dari kondisi perkembangan kinerja pasar keuangan domestik yang stabil," kata mantan Menteri Keuangan itu.
Menurut dia, nilai tukar rupiah saat ini dalam kondisi yang baik karena telah mencerminkan kondisi fundamental dan tidak terlalu bergejolak, seperti yang pernah terjadi dalam periode "Taper Tantrum" pada 2013 akibat ketidakpastian kebijakan Bank Sentral AS.
Selama pergerakan rupiah yang stabil ini, BI tidak mengambil kebijakan yang terlalu ketat untuk mengintervensi di pasar, meski kondisi flexible exchange rate terus dipantau terutama apabila rupiah kembali bergejolak tidak sesuai dengan fundamental.
"Sekarang ini volatilitasnya tidak terlalu tinggi, karena kita sekarang ada di kisaran dua-tiga persen. Kalau dibandingkan dengan dua tahun lalu, volaitilitasnya waktu itu bisa 18 persen. Jadi kita membiarkan ini sesuai dengan mekanisme pasar," ujar Agus.
Selain itu, Agus memastikan BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga kondisi perekonomian nasional, agar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak lagi mengalami pergerakan yang terlalu tajam.
"Sekarang rupiah sudah mencerminkan fundamental, di kisaran Rp13.200-Rp13.400 (per dolar AS). Kita lihat ke depan, kalau inflasi tetap terjaga, defisit transaksi berjalan terjaga, neraca perdagangan terjaga, pertumbuhan ekonomi baik, tentu ini akan membuat fundamental kita lebih baik," katanya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: