Jakarta (ANTARA News) - Interpol menggelar operasi pemberantasan kejahatan siber yang melibatkan sektor publik dan swasta di seluruh wilayah ASEAN karena ratusan situs web diretas, termasuk laman pemerintah.

Direktur Eksekutif Interpol Global Complex for Innovation (IGCI), Noboru Nakatani, dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu, mengatakan, operasi itu sangat ideal dilakukan karena menunjukkan kemitraan publik dan swasta yang efektif dan bermanfaat dalam memerangi kejahatan siber.

"Berbagi intelijen menjadi dasar dari keberhasilan operasi ini, dan kerja sama semacam itu sangat penting untuk efektivitas jangka panjang dalam rangka mengelola jaringan kerja sama," tutur Nakatani.

Kerja sama itu juga dapat dilakukan untuk operasi selanjutnya di masa depan serta aktivitas sehari-hari dalam memerangi kejahatan dunia maya.

ICGI yang berbasis di Singapura merupakan fasilitas penelitian dan pengembangan milik organisasi kepolisian terbesar di dunia.

Investigator kejahatan siber dari Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam berkumpul di IGCI untuk bertukar informasi mengenai situasi kejahatan siber spesifik di negara masing-masing. China pun turut menyumbangkan laporan intelijen siber tambahan untuk IGCI.

Interpol juga menggandeng perusahaan keamanan siber global, Kaspersky Lab, untuk berbagi penemuan ancaman siber terbaru dan merumuskan tindakan dari rekomendasi perusahaan itu dengan perusahaan siber swasta lainnya.

Salah satu penemuan operasi itu adalah konfirmasi 270 situs yang terinfeksi malware yang memanfaatkan kerentanan dalam aplikasi perancangan situs web.

Di antara korban infeksi malware ini adalah beberapa website pemerintahan yang kemungkinan menyimpan beberapa data-data pribadi dari warganya.

Untuk Indonesia, terdapat kejahatan siber yang menjual perangkat phishing (memancing data) dan memasang video tutorial di laman pengunggah video untuk menunjukkan kepada pelanggan cara menggunakan perangkat lunak ilegal itu.