Painan, Sumatera Barat (ANTARA News) - Pejabat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, S. Marpaung menyebutkan tidak ada satu pun dari total delapan sirine peringatan dini tsunami di daerah ini yang aktif.

"Empat sirine peringatan dini tsunami belum aktif, empat lainnya didukung dengan repeater, karena repeater tersebut digondol maling akhirnya semua sirine tidak aktif," kata Marpaung di Painan, Selasa.

Untuk sementara waktu BPPD telah menyosialisasikan hal itu kepada masyarakat yang berdekatan dengan pos sirine peringatan dini tsunami.

"Harapan kami mereka berkenan menyalakan sirine jika sewaktu-waktu terjadi gempa berpotensi tsunami dengan dasar informasi yang valid apakah itu melalui teks berjalan di televisi ataupun informasi langsung dari kami," kata Marpaung.

Dia menilai daerah ini sebenarnya membutuhkan lebih banyak lagi sinere peringatan tsunami mengingat garis pantainya yang sepanjang 234 kilometer. "Minimal harus ada dua hingga tiga kali lipat dari jumlah yang sekarang dan hal tersebut sudah kami wacanakan," kata dia.

BPBD memperkirakan terdapat 260 ribu warga yang bermukim di sepanjang pantai rawan tsunami dan untuk menyiasati hal itu telah membentuk 182 Kelompok Siaga Bencana (KSB) yang tersebar di 15 kecamatan.

"Masing-masing KSB terus kami pantau karena keberadaannya merupakan perpanjangan tangan kami dari BPBD dan masing-masing KSB terus diberikan pelatihan," ujarnya.

Wakil Bupati Pesisir Selatan Rusma Yul Anwar mengatakan upaya relokasi warga yang menetap di daerah rawan bencana sulit dilakukan karena berbagai alasan, di antaranya jumlah penduduk dan ketersediaan lokasi baru, serta masalah ekonomi.