BPBD temukan korban kelima bencana longsor Ponorogo
24 April 2017 18:21 WIB
Saluran Di Lokasi Longsor. Relawan membuat saluran air di lokasi longsor di Desa Banaran, Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (20/4/2017). Saluran tersebut dibuat untuk mengarahkan aliran sungai agar tidak meluap ke permukiman saat hujan pascatertimbunnya sungai oleh material longsoran tebing. (ANTARA/Siswowidodo)
Ponorogo (ANTARA News) - Tim kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ponorogo kembali menemukan korban kelima bencana longsor di Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Senin.
Menurut keterangan Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono, korban kelima yang diduga berjenis kelamin pria usia dewasa tersebut ditemukan secara tidak sengaja saat relawan dan tim BPBD melakukan normalisasi Sungai Tangkil yang tersumbat lumpur.
"Jenazah ditemukan sekitar pukul 14.45 WIB saat tim BPBD dan relawan dari Orari melakukan penyemprotan material longsor di alur Sungai Tangkil yang tertimbun lumpur," katanya dikonfirmasi melalui telepon.
Saat aktivitas normalisasi itu, tutur Budi, tim relawan yang sedang bekerja mencium bau busuk menyengat seperti bangkai.
Pencarian sumber bau kemudian dilakukan dan mendapati satu kaki korban yang menyembul di antara aneka sampah kayu dan akar-akar bambu yang terseret banjir, beberapa hari sebelumnya.
"Dari situ kemudian dilakukan evakuasi bersama warga. Jenazah saat ini telah dibawa ke kamar jenazah RSUD dr Hardjono, Ponorogo untuk dilakukan identifikasi," katanya.
Belum diketahui identitas korban longsor kelima tersebut. Menurur Budi, saat ditemukan kondisi jenazah masih utuh namun sudah dalam kondisi membusuk dan melepuh (proses pembengkakan).
"Wajahnya tidak bisa dikenali, tapi jika melihat ciri fisiknya yang dada rata, sepertinya korban ini laki-laki dan yang pasti usia dewasa," katanya.
Untuk memastikan, lanjut dia, proses identifikasi korban akan dilakukan tim DVI (disaster victim identification) yang didatangkan dari RS Bhayangkara Kediri.
"Informasinya besok (Selasa, 25/4) tim DVI baru datang dan melakukan identifikasi," katanya.
Budi menjelaskan, setelah diperpanjang sepekan masa tanggap darurat bencana di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo telah dinyatakan berakhir sejak Sabtu (22/4).
Seluruh unsur BPBD, Tagana dan relawan sebagian besar telah ditarik mundur, namun sejumlah relawan secara bergilir masih ditugaskan, terutama untuk melakukan upaya normalisasi Sungai Tangkil yang tersumbat lumpur.
Banjir bandang sempat sekali, beberapa hari lalu yang merupakan insiden terparah pascalongsor susulan pada Sabtu (9/4), sehingga menyebabkan sejumlah rumah di bawah sektor D rusak dan material lumpur dan air bah menerjang pemukiman yang telah dikosongkan.
Korban kelima yang tidak sengaja ditemukan relawan bersama tim BPBD saat normalisasi aliran sungai diduga merupakan korban longsor yang masih hilang dan terseret arus banjir tersebut sebelumnya.
Saat dilakukan operasi pencarian pada H+2 bencana longsor Desa Banaran (Minggu, 2/4) hingga minggu kedua (10/4), empat korban berhasil ditemukan dan dievakuasi tim SAR gabungan. Mereka adalah Katemi (70), Iwan Danang Suwandi (27), Sunadi (47) dan Sumaryono (25).
Longsor di Desa Banaran terjadi pada Sabtu (1/4) sekitar pukul 07.30 WIB saat penduduk di Dusun Tangkil dan sebagian Dusun Krajan yang berada di area rawan terdampak longsor pulang/kembali dari mengungsi pada malam harinya, dan sebagian masih beraktivitas di rumah dan sebagian lagi memanen jahe di bawah lereng Gunung (bukit) Gede setinggi 200-an meter yang ambrol.
Pertanda longsor besar sudah mulai diidentifikasi warga bersama tim BPBD sejak 11 Maret 2017 yang ditandai dengan pergeseran (amblas) tanah lereng hingga kedalaman lebih dari 15 meter dengan area memanjang dan lebar di sekitar puncak bukit.
Menurut keterangan Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono, korban kelima yang diduga berjenis kelamin pria usia dewasa tersebut ditemukan secara tidak sengaja saat relawan dan tim BPBD melakukan normalisasi Sungai Tangkil yang tersumbat lumpur.
"Jenazah ditemukan sekitar pukul 14.45 WIB saat tim BPBD dan relawan dari Orari melakukan penyemprotan material longsor di alur Sungai Tangkil yang tertimbun lumpur," katanya dikonfirmasi melalui telepon.
Saat aktivitas normalisasi itu, tutur Budi, tim relawan yang sedang bekerja mencium bau busuk menyengat seperti bangkai.
Pencarian sumber bau kemudian dilakukan dan mendapati satu kaki korban yang menyembul di antara aneka sampah kayu dan akar-akar bambu yang terseret banjir, beberapa hari sebelumnya.
"Dari situ kemudian dilakukan evakuasi bersama warga. Jenazah saat ini telah dibawa ke kamar jenazah RSUD dr Hardjono, Ponorogo untuk dilakukan identifikasi," katanya.
Belum diketahui identitas korban longsor kelima tersebut. Menurur Budi, saat ditemukan kondisi jenazah masih utuh namun sudah dalam kondisi membusuk dan melepuh (proses pembengkakan).
"Wajahnya tidak bisa dikenali, tapi jika melihat ciri fisiknya yang dada rata, sepertinya korban ini laki-laki dan yang pasti usia dewasa," katanya.
Untuk memastikan, lanjut dia, proses identifikasi korban akan dilakukan tim DVI (disaster victim identification) yang didatangkan dari RS Bhayangkara Kediri.
"Informasinya besok (Selasa, 25/4) tim DVI baru datang dan melakukan identifikasi," katanya.
Budi menjelaskan, setelah diperpanjang sepekan masa tanggap darurat bencana di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo telah dinyatakan berakhir sejak Sabtu (22/4).
Seluruh unsur BPBD, Tagana dan relawan sebagian besar telah ditarik mundur, namun sejumlah relawan secara bergilir masih ditugaskan, terutama untuk melakukan upaya normalisasi Sungai Tangkil yang tersumbat lumpur.
Banjir bandang sempat sekali, beberapa hari lalu yang merupakan insiden terparah pascalongsor susulan pada Sabtu (9/4), sehingga menyebabkan sejumlah rumah di bawah sektor D rusak dan material lumpur dan air bah menerjang pemukiman yang telah dikosongkan.
Korban kelima yang tidak sengaja ditemukan relawan bersama tim BPBD saat normalisasi aliran sungai diduga merupakan korban longsor yang masih hilang dan terseret arus banjir tersebut sebelumnya.
Saat dilakukan operasi pencarian pada H+2 bencana longsor Desa Banaran (Minggu, 2/4) hingga minggu kedua (10/4), empat korban berhasil ditemukan dan dievakuasi tim SAR gabungan. Mereka adalah Katemi (70), Iwan Danang Suwandi (27), Sunadi (47) dan Sumaryono (25).
Longsor di Desa Banaran terjadi pada Sabtu (1/4) sekitar pukul 07.30 WIB saat penduduk di Dusun Tangkil dan sebagian Dusun Krajan yang berada di area rawan terdampak longsor pulang/kembali dari mengungsi pada malam harinya, dan sebagian masih beraktivitas di rumah dan sebagian lagi memanen jahe di bawah lereng Gunung (bukit) Gede setinggi 200-an meter yang ambrol.
Pertanda longsor besar sudah mulai diidentifikasi warga bersama tim BPBD sejak 11 Maret 2017 yang ditandai dengan pergeseran (amblas) tanah lereng hingga kedalaman lebih dari 15 meter dengan area memanjang dan lebar di sekitar puncak bukit.
Pewarta: Destyan HS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: