BNPT dan Fatayat lantik 500 daiyah antiradikalisme
21 April 2017 21:20 WIB
Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius dan Ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini dalam acara pelantikan 500 daiyah (juru dakwah perempuan) antiradikalisme Fatayat NU di Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/04/2017). (ANTARA News/HO)
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius dan Ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini melantik 500 daiyah (juru dakwah perempuan) antiradikalisme Fatayat NU di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
"Ini adalah bagian dari upaya BNPT dalam memperkuat sinergi dalam penanggulangan terorisme melalui media dakwah. Apalagi, faktanya kaum perempuan juga menjadi sasaran utama radikalisme dan terorisme," kata Kepala BNPT sebagaimana dikutip dalam siaran pers.
Menurut dia, keberadaan para daiyah Fatayat NU ini nantinya akan menjadi mitra strategis BNPT dalam menggaungkan pencegahan terorisme dari kalangan perempuan dan anak-anak.
Ia mengatakan peranan perempuan sangat penting dalam membendung radikalisme dan terorisme dari level paling dasar, yaitu keluarga.
Untuk itu, para perempuan harus dibekali dengan pemahaman tentang bahaya dan ancaman radikalisme dan terorisme, serta dikuatkan rasa cinta tanah air dan bela negara.
"Kami berharap dengan adanya daiyah antiradikalisme upaya kita untuk membendung penyebaran radikalisme dan terorisme di Indonesia bisa lebih maksimal," kata Suhardi seraya mengatakan BNPT juga telah bekerja sama dengan Muslimat NU.
Suhardi berharap banyak dari organisasi perempuan seperti Fatayat dan Muslimat NU, juga dengan organisasi lain di Indonesia, agar terus bergandengan tangan menyebarkan nilai agama serta ideologi bangsa sesuai dengan NKRI.
Ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini menegaskan, daiyah antiradikalisme siap berusaha keras untuk menjadi fasilitator di tengah-tengah masyarakat terutama dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap ancaman radikalisme dan terorisme.
Menurut dia, dewasa ini kaum perempuan menghadapi sebuah tantangan baru dengan menyebarnya paham-paham radikal di tengah masyarakat dengan sasasaran bukan hanya kaum laki-laki, tetapi juga kaum perempuan dan anak-anak.
"Sudah banyak bukti di depan mata kita bahwa betapa banyak anak-anak yang terpengaruh radikalisme dan terorisme. Kami berharap melalui daiyah antiradikalisme ini, kami juga bisa berperan dalam menangkal paham radikal terorisme," kata Anggia.
Menurut Anggia saat ini baru ada 500 daiyah antiradikalisme dan seluruhya berada di Pulau Jawa. Ia berharap kedepan jumlah daiyah antiradikalisme terus bertambah dan tersebar di seluruh Indonesia.
"Ini adalah bagian dari upaya BNPT dalam memperkuat sinergi dalam penanggulangan terorisme melalui media dakwah. Apalagi, faktanya kaum perempuan juga menjadi sasaran utama radikalisme dan terorisme," kata Kepala BNPT sebagaimana dikutip dalam siaran pers.
Menurut dia, keberadaan para daiyah Fatayat NU ini nantinya akan menjadi mitra strategis BNPT dalam menggaungkan pencegahan terorisme dari kalangan perempuan dan anak-anak.
Ia mengatakan peranan perempuan sangat penting dalam membendung radikalisme dan terorisme dari level paling dasar, yaitu keluarga.
Untuk itu, para perempuan harus dibekali dengan pemahaman tentang bahaya dan ancaman radikalisme dan terorisme, serta dikuatkan rasa cinta tanah air dan bela negara.
"Kami berharap dengan adanya daiyah antiradikalisme upaya kita untuk membendung penyebaran radikalisme dan terorisme di Indonesia bisa lebih maksimal," kata Suhardi seraya mengatakan BNPT juga telah bekerja sama dengan Muslimat NU.
Suhardi berharap banyak dari organisasi perempuan seperti Fatayat dan Muslimat NU, juga dengan organisasi lain di Indonesia, agar terus bergandengan tangan menyebarkan nilai agama serta ideologi bangsa sesuai dengan NKRI.
Ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini menegaskan, daiyah antiradikalisme siap berusaha keras untuk menjadi fasilitator di tengah-tengah masyarakat terutama dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap ancaman radikalisme dan terorisme.
Menurut dia, dewasa ini kaum perempuan menghadapi sebuah tantangan baru dengan menyebarnya paham-paham radikal di tengah masyarakat dengan sasasaran bukan hanya kaum laki-laki, tetapi juga kaum perempuan dan anak-anak.
"Sudah banyak bukti di depan mata kita bahwa betapa banyak anak-anak yang terpengaruh radikalisme dan terorisme. Kami berharap melalui daiyah antiradikalisme ini, kami juga bisa berperan dalam menangkal paham radikal terorisme," kata Anggia.
Menurut Anggia saat ini baru ada 500 daiyah antiradikalisme dan seluruhya berada di Pulau Jawa. Ia berharap kedepan jumlah daiyah antiradikalisme terus bertambah dan tersebar di seluruh Indonesia.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Tags: