Banda Aceh (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menyatakan satu induk gajah ditemukan mati di kebun warga di Kecamatan Pining, Kabupaten Gayo Lues.
Kepala BKSDA Aceh Sapto Aji Prabowo di Banda Aceh, Jumat, mengatakan, gajah tersebut diperkirakan mati setelah ditemukan warga dan dilaporkan ke BKSDA.
"Laporan yang kami terima dari masyarakat pada Selasa (18/4) menjelang maghrib. Tim BKSDA baru sampai ke lokasi Kamis (20/4) pagi," kata Sapto Aji Prabowo.
Diperkirakan, induk gajah tersebut mati beberapa hari sebelum tim tiba di lokasi. Gajah tersebut mati dalam kondisi belalai dan calik atau gading kecil sudah terpotong.
Ditunggui anak
Menjelang kematiannya, induk gajah berusia sekitar 20-25 tahun tersebut ditunggu seekor anaknya yang berusia antara dua hingga lima tahun.
Menurut Sapto Aji, dugaan sementara gajah tersebut mati karena diracun. Sebab, lokasi gajah mati tersebut berada di sekitar alur air. Sebab, kebiasaannya, gajah terkena racun mencari sumber air.
"Namun, kematian gajah ini karena diracun atau tidak masih dugaan. Tim BKSDA masih melakukan pemeriksaan di lapangan penyebab kematian induk gajah tersebut," kata Sapto Aji Prabowo.
Sapto Aji menegaskan, pihaknya sudah melaporkan kasus kematian gajah tersebut kepada kepolisian. Dan pihaknya berharap kasus kematian gajah bisa diungkap.
"Ini kasus pertama yang ditemukan di Kabupaten Gayo Lues . Jika gajah ini mati diracun, kami berharap polisi bisa mengungkap kasusnya, sehingga tidak terulang kasus serupa di kemudian hari," kata dia.
Terkait anak gajah yang ditemukan dekat induknya yang mati, Sapto Aji Prabowo mengatakan, pihaknya masih memantau perkembangan anak gajah tersebut.
"Masih dalam pemantauan. Apakah diamankan atau dilepasliarkan ke habitatnya. Kemungkinan akan dilepasliarkan, sehingga anak gajah tersebut bisa bertemu dan bergabung kembali dengan kawanannya," kata Sapto Aji Prabowo.
Mengenaskan, induk gajah mati dengan belalai terpotong di Gayo Lues, Aceh
21 April 2017 17:28 WIB
Ilustrasi (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
Pewarta: M Haris SA
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: