Yogyakarta (ANTARA News) - Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta berharap Kecamatan Wonosari dan Playen, Kabupaten Gunung Kidul tetap menjadi sentra pembibitan sapi putih andalan di daerah itu.

"Dua kecamatan di Gunung Kidul itu kami harapkan tetap menjadi sentra pembibitan sapi putih andalan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian DIY Sutarno di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, Gunung Kidul telah menjadi perhatian pemerintah pusat sebagai wilayah potensial pengembangbiakan sapi putih.

Pada awal 2015 pemerintah telah menargetkan menyalurkan sebanyak 500 sertifikat berupa surat keterangan layak bibit (SKLB) sehingga menghasilkan sapi yang berkualitas tinggi di pasaran.

"Saat ini di Kecamatan Playen dan Wonosari ada 20 kelompok beranggotakan 300 peternak yang fokus pada pembibitan sapi putuh," kata dia.

Dibanding kabupaten lainnya, menurut Sutarno, Gunung Kidul memiliki kondisi alam lebih unggul untuk pembibitan sapi. Sebagian besar pembibitan itu dilakukan langsung oleh para peternak rumahan di ladang masing-masing yang masih banyak terhampar hijauan pakan ternak berkualitas.

Menurut Sutarno, hingga saat ini Gunung Kidul memiliki 150.000 sapi atau 50 persen dari total populasi sapi di DIY yang mencapai 310.000 ekor sapi. Dari seluruh populasi sapi yang ada di Gunung Kidul 30-40 persen di antaranya merupakan sapi putih atau peranakan ongole (PO).

Sapi putih, menurut dia, masih menjadi perhatian khusus pemerintah pusat untuk menunjang swasembada sapi nasional. Sapi putih atau sapi jawa memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan sapi peranakan limousin, simental, dan sapi blasteran.

Indukan sapi putih itu, menurut dia, lebih produktif atau cepat berkembang biak dibandingkan sapi lainnya. Selain itu, sapi putih juga relatif membutuhkan biaya perawatan yang murah serta lebih mampu menyesuaikan berbagai cuaca dibanding sapi lainnya.

Oleh sebab itu, hingga 2016 pemerintah memberikan insentif Rp600.000 bagi para peternak yang memiliki sapi putih bunting di Gunung Kidul agar dapat mempertahankan dan meningkatkan perawatan khusus.

"Namun, mulai 2017 bantuan tunai itu sudah tidak ada. Mulai tahun ini seluruhnya berupa bantuan fisik," kata dia.

(T.L007/B015)