Yangon (ANTARA News) - Penerbit Myanmar, yang majalahnya mengecam tentara, lembaga politik dan usaha, ditemukan tewas dengan luka tusuk di kantornya pada akhir pekan lalu, kata polisi pada Selasa.

Wai Yan Heinn, 27, ditikam 15 kali dengan pisau di dada dan perutnya, kata kapten polisi Yin Htwe kepada Reuters.

"Kami menyelidiki kematiannya dan menunggu hasil bedah mayat," kata Yin Htwe.

Wartawan dan pegiat sering menjadi sasaran di Myanmar, tempat kebebasan berbicara masih menghadapi kendala cukup besar, lebih dari setahun sejak peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi berkuasa sesudah menang besar dalam pemilihan umum.

Dalam tiga bulan belakangan, pengacara terkemuka, yang bekerja untuk mengubah undang-undang dasar rancangan tentara, dibunuh, dan seorang wartawan diancam setelah berbicara menentang nasionalis Buddha.

Pada bulan Desember, seorang wartawan peliput pembalakan liar dan kejahatan di daerah keras negara itu dipukuli hingga tewas.

Wai Yan Heinn menerbitkan majalah berita mingguan bernama "Mawar Besi", yang menurut gambar halaman depannya tersedia secara berjaringan, menurunkan tulisan mengecam mantan jenderal penguasa Myanmar dan pengusaha terhubung ke mereka.

Salah satu pokok berita menyebut Suu Kyi sebagai "presiden nirawak", menyiratkan bahwa ia mengendalikan pemerintah dari belakang layar.

Suu Kyi dilihat sebagai pemimpin nyata Myanmar tapi di bawah undang-undang dasar dilarang menjadi presiden karena kedua anaknya adalah orang asing.

Polisi menyatakan mayat itu ditemukan tergeletak di kursi di kantornya di Yangon pada Minggu sesudah tetangga melaporkan bau busuk.

"Kami sangat mencintai anak kami. Saya tidak dapat berkata-kata," kata ibunya setelah pemakaman pada Selasa, meminta tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan.

Ia menyatakan, keluarga itu patah hati karena Wai Yan Heinn adalah putera tunggal mereka. Ia menyatakan tidak tahu mengapa anaknya tersebut dibunuh.