Pantauan ANTARA News, di lokasi, Sabtu siang, bangunan berlantai tiga itu tidak menunjukkan aktifitas apa pun. Dua tulisan "TUTUP" terpampang pada pintu masuk restoran itu.
Papan nama merah besar dengan tulisan Pyongyang Restaurant yang sebelumnya terpampang di atas pintu masuk juga sudah tidak ada lagi.
Di bagian depannya tidak tercantum keterangan pindah yang kebanyakan ditempelkan oleh pengelola restoran jika memang dipindahkan ke lokasi lain.
Bagian dalam restoran, yang bisa diintip dari pintu kacanya, ada dua set meja dan kursi makan yang tersusun rapi. Salah satunya merapat ke dinding dengan satu unit dispenser lengkap dengan galon air minum berwarna biru di atasnya.
Di meja resepsionis, terpampang beberapa barang yang diletakkan berantakan, antara lain payung, alat pengecas telepon seluler, sebuah kotak kecil berwarna merah dan kalender meja yang tergeletak.
Bagian dalam Pyongyang Restaurant yang kini telah tutup (ANTARA News/Try Reza Essra)
Pemandangan ini berbeda ketika restoran ini dikunjungi ANTARA News Februari lalu di mana terdapat beberapa alat pendingin udara, lukisan, sekat-sekat antara meja dan televisi yang menampilkan tari-tarian Korea Utara.
(Baca: Mencicipi makanan Korea Utara di Pyongyang Restaurant)
Saat nomor telepon restoran dihubungi, tak ada jawaban meskipun telah dicoba berulang kali dengan rentang waktu dan via nomor ponsel berbeda-beda. Hanya ada jawaban dari mesin penjawab yang mempersilakan penelepon meninggalkan pesan.
Tholib, 35, seorang pedagang rokok dan makanan yang berjarak sekitar 10 meter dari restoran, mengatakan restoran telah ditutup sejak sekitar dua pekan lalu.
"Sekitar dua sampai tiga minggu lalu tutup. Saya enggak lihat kapan plangnya dicopot, tapi yang saya tahu restorannya memang selalu sepi," kata pria yang berjualan di area itu sejak setahun lampau.
Tholib membandingkannya dengan restoran khas Korea Selatan yang terletak dua bangunan dari Pyongyang Restaurant yang disebutnya lumayan ramai.
"Masih bisa dibilang ramai, biasanya makan siang sama makan malam. Tapi kalau Pyongyang, paling cuma satu atau dua orang yang datang ke sana, area parkir depannya juga hampir selalu kosong," kata pria murah senyum itu.
Kesaksian dia diamini petugas keamanan salah satu bank, Adi Sucipto, yang juga terletak sekitar restoran.
"Sudah tutup sekitar dua minggu lalu. Kalau pindah, enggak tahu ke mana. Kata tukang parkir dan orang-orang sini sih bangkrut," kata dia.
Suasana bagian luar Pyongyang Restaurant yang kini telah tutup (ANTARA News/Try Reza Essra)
Didatangi wartawan luar negeri
Salah satu kejadian cukup menonjol yang pernah terjadi di restoran itu adalah saat banyak wartawan lokal dan luar negeri datang meliput tempat yang terletak di Boulevard Barat Raya, Kelapa Gading itu.
"Itu kejadiannya waktu heboh-heboh masalah pembunuhan orang Korea Utara di Malaysia," kata Tholib.
Ia mengatakan, kebanyakan wartawan yang datang adalah dari stasiun televisi luar negeri seperti Jepang dan negara-negara lain.
"Mereka diusir. Jangankan masuk, ambil gambar dari jauh aja enggak dibolehin, dikejar-kejar sampai ke sana (menunjuk ke arah menjauh dari restoran)," tutur Tholib.
Suasana bagian luar Pyongyang Restaurant saat masih buka pada Februari lalu (ANTARA News/Nanien Yuniar)
Pertengahan Februari lalu, media massa Malaysia, antara lain The Star, mengatakan mata-mata Korea Utara telah aktif selama kurang lebih dua puluh tahun di Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Ketiga negara itu adalah wilayah operasi agen-agen badan intelijen Korea Utara (RGB) yang biasa melaporkan kegiatannya langsung kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Menurut The Star, para agen rahasia ini menyamar sebagai teknisi, konsultan industri konstruksi, pebisnis restoran, dan lainnya.
"Restoran Korea digunakan sebagai kedok utama menggelar pengumpulan materi intelijen dan kegiatan memata-matai target. Target yang biasa dituju adalah politisi, diplomat, dan figur penting seperti pebisnis berbasis Jepang dan Korea Selatan,†sebut satu sumber seperti dikutip The Star 17 Februari lalu.
19 Februari silam Polda Metro Jaya menyatakan akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri terkait dugaan restauran Korea Utara di Indonesia digunakan sebagai tempat RGB bertemu.
Seperti dikutip Tribune News, 19 Februari itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono mengaku polisi belum mendapat informasi detail mengenai restoran itu.
"Mata-mata apa? Belum ada (informasi)," kata Argo waktu itu.