Jakarta (ANTARA News) - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menyatakan secara informal Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menanggapi positif kebijakan lima pergantian pemain yang akan diterapkan di Liga 1.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono dalam perbincangan di Kantor PSSI, Jakarta, Rabu.

Menurut Joko, FIFA menganggap itu adalah sebuah terobosan dalam pengembangan sepak bola Indonesia.

PSSI sudah mengajukan surat resmi kepada FIFA terkait kebijakan tersebut beberapa waktu lalu. "Mudah-mudahan dalam satu atau dua hari kedepan ada balasan resmi dari FIFA," ujar dia.

Peraturan baru Liga 1 yang mempersilakan setiap tim melakukan paling banyak lima kali pergantian pemain menjadi isu hangat menjelang bergulirnya kompetisi tertinggi di Indonesia itu.

Pasalnya, Hukum Permainan atau "Laws of The Game" FIFA hanya memperbolehkan tiga kali pergantian dalam kompetisi tertinggi di suatu negera. Jika disetujui menerapkan hal tersebut, Indonesia menjadi yang pertama menerapkannya di dunia.

Ketua Umum PSSI Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi sebelumnya menyatakan bahwa kebijakan lima pergantian pemain itu diambil demi memuluskan regenerasi pemain. Sebab, Liga 1 mengharuskan setiap klub mengontrak lima pemain U-23 dan memainkan tiga orang di antaranya sejak awal laga selama setidaknya 45 menit.

Demi memfasilitasi kebijakan itu, tim-tim di Liga 1 juga dipersilakan menyertakan 20 pemain dalam skuad, lebih banyak dua orang dari peraturan liga sebelumnya.

Menurut Joko Driyono, regulasi Liga 1 seperti itu memang membuat klub harus berpikir keras bagaimana bisa menurunkan skuad termumpuni.

"Jadi misalnya, di pertandingan, sebuah tim menurunkan empat pemain asingnya sesuai aturan Liga 1, yaitu dua non-Asia, satu Asia dan satu marquee player. Jumlah itu menjadi lima orang ditambah penjaga gawang, kemudian ditambah lagi tiga pemain U-23. Artinya tim tersebut hanya memiliki tiga tempat kosong yang diperebutkan pemain terbaik. Kalau cuma tiga kali pergantian akan sulit," kata Joko.

Lagipula, lanjut dia, FIFA beberapa kali menunjukkan keluwesan penerapan kebijakan yang tidak diatur dalam "Laws of The Game", seperti halnya "jeda minum" atau "water break".

Walau tidak tertera dalam aturan, "water break" yang dilakukan selama tiga menit dalam pertandingan itu sudah lazim diterapkan terutama di negara beriklim tropis dengan alasan melindungi kesehatan atlet.

"Artinya FIFA tidak tertutup terhadap inovasi. PSSI meminta lima pergantian pemain dengan alasan yang jelas, tidak asal-asal. Secara informal FIFA pun menilai kebijakan tersebut tidak sekadar Laws of The Game tetapi juga tentang pengembangan sepak bola," tutur Joko.