Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M. Syarif mengemukakan bahwa pihaknya belum mengetahui secara pasti motif tragedi terhadap penyidik Novel Baswedan yang usai Shalat Subuh pagi ini wajahnya disiram air keras oleh seseorang.
"Terus terang kami belum tahu pasti. Kami akan teliti dan selidiki oleh tim KPK dan Polri. Kami berharap pelakunya bisa ditangkap. Jika bisa didapatkan, maka untuk ketahui motif itu akan lebih jelas," ujarnya kepada wartawan di Gedung KPK, Jakarta, Selasa.
Terkait apakah tragedi Novel itu berhubungan dengan kasus yang disidik oleh KPK, Laode pun menyatakan bahwa pihak KPK tidak bisa memberikan jawaban. (Baca juga: Penyidik Novel Baswedan disiram air keras sepulang shalat subuh)
"Karena, memang belum diketahui. Tetapi, masyarakat umum berpikiran, dan kami pun juga berpikiran bekerja di KPK itu risikonya banyak, dan salah satunya risiko yang kita lihat sekarang ini," tuturnya.
Ia menyatakan bahwa telah dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh Kepolisian Resor Jakarta Utara (Polres Jakut) dibantu oleh tim internal keamanan KPK dan sedang diselidiki, termasuk jaringan sirkit televisi (CCTV) atau kamera penginta yang dianggap dapat membantu.
"Ingat perlu juga diberikan penjelasan, ini kejadian pada subuh, jadi masih agak gelap. Orangnya menggunakan sepeda motor pakai helm sehingga memang perlu kerja keras mengungkapkannya," ucap Syarif.
Ia berharap dengan adanya kerja sama yang baik antara Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan KPK, maka kejadian itu bisa diungkap secara baik. (Baca juga: Polri perintahkan Kapolda Metro selidiki kasus air keras Novel Baswedan)
"Oleh karena itu, kami minta masyarakat yang lihat dan ketahui tolong dilaporkan ke KPK. Nanti dilaporkan ke pengaduan masyarakat atau dilaporkan kantor polisi terdekat," demikian Laode M. Syarif.
KPK belum tahu motif tragedi Novel
11 April 2017 19:41 WIB
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M. Syarif. (ANTARA /Wahyu Putro A.)
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017
Tags: