Jakarta (ANTARA News) - Kabar tidak baik di dunia penerbangan datang dari Amerika Serikat. Pukul 17.40 waktu setempat Minggu lalu (9/4), seorang pemakai jasa penerbangan alias penumpang pada satu rute penerbangan United Airlines diseret turun dari kursinya oleh petugas pengamanan Bandara Internasional O’Hare di Chicago.




Publik mengetahui secara jelas sekali detik-detik keributan dan kengerian orang-orang di dalam kabin pesawat terbang rute Chicago-Louisville, Amerika Serikat, itu melalui rekaman video melalui telepon genggam Tyler Bridges, seorang pemakai jasa penerbangan yang turut dalam penerbangan itu.




Banyak pemakai jasa penerbangan di dalam kabin pesawat terbang itu berusaha mencegah dan berteriak-teriak. Laki-laki itu juga akhirnya menderita luka-luka cukup serius akibat pergumulan dan diseret polisi di gang kabin pesawat terbang itu.



Fenomena kasar ini adalah yang kedua kali terjadi dalam dua pekan terakhir, di mana pada Maret lalu dua gadis bercelana legging ditolak masuk ke dalam kabin pesawat terbang dengan alasan berbusana tidak patut.




(Baca juga:AS juga larang pakai legging saat naik pesawat?)





Penyebabnya, maskapai penerbangan itu kelebihan menjual tiket ketimbang jumlah kursi yang tersedia alias overbooking.




Sontak Departemen Transportasi Amerika Serikat memerintahkan penyelidikan menyeluruh atas peristiwa itu, seturut nytimes.com, hari ini. Di dalam kata-katanya di twitter dari mana Bridges mengedarkan rekaman video itu, dia katakan bahwa semula petugas United Airlines mencari beberapa kursi ekstra bagi petugas-petugasnya yang akan turut.




Karena tidak ada yang bersedia memberikan kursinya, mereka lalu memaksa seorang laki-laki yang tidak diketahui identitasnya untuk memberikan kursinya. Dari situlah drama mengerikan pengusiran pemakai jasa penerbangan hingga menyeret laki-laki itu di gang kabin pesawat terbang lalu meruak.




Menanggapi hal itu, juru bicara United Airlines, Charlie Hobart, dalam wawancaranya dengan The New York Times, sehari kemudian, menyatakan, petugas-petugas mereka telah meminta secara sopan kepada laki-laki itu secara sopan. “Ada pelanggan kami yang menolak meninggalkan kabin pesawat terbang. Kami memiliki sejumlah pelanggan yang sudah ada dalam kabin pesawat terbang itu dan kami ingin bekerja sama agar mereka juga bisa turut dalam penerbangan itu,” kata dia.




“Karena pelanggan itu menolak meninggalkan kabin pesawat terbang maka kami memanggil polisi dan mereka masuk ke kabin pesawat terbang,” kata dia.




Departemen Penerbangan Chicago dalam pernyataannya, Senin, bersikap bahwa insiden itu tidak mengacu pada prosedur operasional standar mereka dan petugas itu telah diperiksa. Mereka menolak menyebutkan identitas petugas itu.




Dalam praktiknya, diketahui banyak maskapai penerbangan menjual tiket melebihi jumlah kursi tersedia dengan perhitungan bahwa akan ada pemakai jasa penerbangan yang batal terbang. Jika ternyata kemudian semua pemakai jasa penerbangan itu berangkat, ada maskapai penerbangan yang menawari perubahan jadual penerbangan, voucher perjalanan, pergantian uang pembelian tiket, atau lain-lain.




Pengaturan seperti ini —biasanya dilakukan sebelum pemakai jasa penerbangan masuk ke dalam kabin pesawat terbang— bisa menjadi sangat mewah bagi pelaju yang luwes dalam hal jadual, dan menjadi hal krusial bagi penerbangan untuk memaksimalkan keuntungan. Bagi maskapai penerbangan, kursi yang kosong sama halnya dengan roti jamuran yang tidak bisa dijual lagi pada rute dan jadual penerbangan itu.




Pada 2016, seturut The New York Times mengutip data Departemen Transportasi Amerika Serikat, United Airlines secara tidak suka rela menolak memberangkatkan kelebihan 3.765 dari 86 juta pemakai jasa penerbangannya. Adapun 62.895 pemakai jasa penerbangan mereka secara suka rela memberikan kursi mereka.