Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah naik 11 poin menjadi Rp13.319 per dolar AS dalam transaksi antarbank di Jakarta, Senin pagi.

"Harga komoditas yang menguat masih menjadi salah satu alasan bagi mata uang rupiah untuk kembali terapresiasi terhadap dolar AS," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.

Harga minyak jenis WTI Crude awal pekan ini menguat 0,21 persen menjadi 52,35 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,11 persen menjadi 55,30 dolar AS per barel.

Cadangan devisa Indonesia yang konsisten naik, menurut dia, juga turut membantu mempertahankan rupiah tetap kuat.

Bank Indonesia mencatat pada akhir Maret cadangan devisa Indonesia 121,8 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Februari yang sebesar 119,9 miliar dolar AS.

Rangga mengatakan penguatan kurs mata uang domestik relatif terbatas menyusul serangan rudal Amerika Serikat ke pangkalan udara Suriah, yang mendorong penguatan aset safe-haven termasuk emas dan dolar AS.

Di sisi lain, dia menjelaskan, pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang hasilnya relatif baik juga berpotensi untuk memulihkan dolar AS.

Sementara Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan penambahan tenaga kerja Amerika Serikat yang di bawah ekspektasi pasar membuat dolar AS mengalami koreksi terhadap sejumlah mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.

"Kami berharap akan adanya penguatan lanjutan pada mata uang rupiah dengan memanfaatkan sentimen data tenaga kerja yang di bawah ekspektasi," katanya.

Ia mengemukakan bahwa data daftar penggajian non-pertanian Amerika Serikat tercatat 98.000 pada Maret 2017, di bawah estimasi pasar 180.000.