Lima korban diduga masih tertimbun longsor di Nganjuk
10 April 2017 03:46 WIB
Anggota TNI bersama Taruna Tanggap Bencana (Tagana) dan polisi berjaga di sekitar daerah longsor Dusun Dlopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur, Minggu (9/4/2017). Longsor daerah pertanian seluas kurang lebih 3 hektar tersebut diduga menelan korban 5 orang. Proses evakuasi belum dapat dilakukan karena rawan longsor susulan dan sulitnya medan. (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/nz/17)
Jakarta (ANTARA News) - Tim SAR Gabungan terus berupaya mencari lima korban yang diduga tertimbun tanah longsor di Dusun Dlopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, menyebutkan satu orang dipastikan tertimbun longsor yaitu Paidi (55) warga Dusun Njati, Desa Blongko.
Sedangkan empat orang lainnya yaitu Kodri (15) warga Dusun Sumber Bendo, Doni (23) warga Dusun Sumber Bendo, Dwi (17) warga Dusun Sumber Bendo dan Bayu (14) warga Dusun Sumber Bendo.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nganjuk masih melakukan pendataan di lokasi longsor mengingat keempat warga yang diduga tertimbun longsor tersebut berasal dari desa lain.
Longsor yang terjadi pada pukul 14.00 WIB ini terjadi dalam kondisi cuaca mendung. Material longsor menuruni lereng dan menimbun warga yang sedang beraktivitas di ladang serta sawah di bagian bawah pinggir sungai.
Material longsor ini sempat menutup aliran sungai dengan ketinggian 10 meter sehingga membentuk bendungan.
Pada pukul 17.00 WIB, gundukan tanah yang membendung sungai itu sudah terbuka sehingga aliran sungai kembali mengalir. Sedangkan, luas longsoran mencapai tiga hektar dengan tanaman cengkeh dan mangga di sekitar perbukitan.
Pada awal 2015, telah terdeteksi adanya retakan selebar 5-10 sentimeter dengan panjang 50 meter di perbukitan Dusun Dlopo. Pada awal 2016, retakan tersebut meluas hingga mencapai lebar 20 sentimeter dan panjang 200 meter.
BPBD Kabupaten Nganjuk sudah memberitahukan informasi tersebut kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di lereng yang rawan longsor.
Pada Januari 2017, retakan bertambah lebar menjadi 30 sentimeter dan panjang 300 meter. Selanjutnya, pada Maret 2017 terjadi longsor kecil, yang kemudian dilaporkan masyarakat kepada aparat desa, dan disampaikan kepada BPBD Nganjuk.
Untuk mengantisipasi kemungkinan longsor, BPBD Nganjuk telah memasang rambu peringatan bahaya longsor. Namun, bencana tetap terjadi pada Minggu siang (9/4).
Saat ini, pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban terus dilakukan oleh BPBD Nganjuk bersama TNI, Polri, relawan dan masyarakat.
Kondisi medan sulit diakses dan alat berat tidak memungkinkan untuk menjangkau lokasi karena lebar jalan hanya 40 sentimeter. Komunikasi juga terkendala karena tidak ada sinyal selular.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, menyebutkan satu orang dipastikan tertimbun longsor yaitu Paidi (55) warga Dusun Njati, Desa Blongko.
Sedangkan empat orang lainnya yaitu Kodri (15) warga Dusun Sumber Bendo, Doni (23) warga Dusun Sumber Bendo, Dwi (17) warga Dusun Sumber Bendo dan Bayu (14) warga Dusun Sumber Bendo.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nganjuk masih melakukan pendataan di lokasi longsor mengingat keempat warga yang diduga tertimbun longsor tersebut berasal dari desa lain.
Longsor yang terjadi pada pukul 14.00 WIB ini terjadi dalam kondisi cuaca mendung. Material longsor menuruni lereng dan menimbun warga yang sedang beraktivitas di ladang serta sawah di bagian bawah pinggir sungai.
Material longsor ini sempat menutup aliran sungai dengan ketinggian 10 meter sehingga membentuk bendungan.
Pada pukul 17.00 WIB, gundukan tanah yang membendung sungai itu sudah terbuka sehingga aliran sungai kembali mengalir. Sedangkan, luas longsoran mencapai tiga hektar dengan tanaman cengkeh dan mangga di sekitar perbukitan.
Pada awal 2015, telah terdeteksi adanya retakan selebar 5-10 sentimeter dengan panjang 50 meter di perbukitan Dusun Dlopo. Pada awal 2016, retakan tersebut meluas hingga mencapai lebar 20 sentimeter dan panjang 200 meter.
BPBD Kabupaten Nganjuk sudah memberitahukan informasi tersebut kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di lereng yang rawan longsor.
Pada Januari 2017, retakan bertambah lebar menjadi 30 sentimeter dan panjang 300 meter. Selanjutnya, pada Maret 2017 terjadi longsor kecil, yang kemudian dilaporkan masyarakat kepada aparat desa, dan disampaikan kepada BPBD Nganjuk.
Untuk mengantisipasi kemungkinan longsor, BPBD Nganjuk telah memasang rambu peringatan bahaya longsor. Namun, bencana tetap terjadi pada Minggu siang (9/4).
Saat ini, pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban terus dilakukan oleh BPBD Nganjuk bersama TNI, Polri, relawan dan masyarakat.
Kondisi medan sulit diakses dan alat berat tidak memungkinkan untuk menjangkau lokasi karena lebar jalan hanya 40 sentimeter. Komunikasi juga terkendala karena tidak ada sinyal selular.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Tags: