Capai tiga juta tenaga kerja, industri tekstil jadi jaring pengaman sosial
8 April 2017 09:50 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melihat proses mesin auto-cutting PT Daese Garmin didampingi Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gati Wibawaningsih (kanan), General Manager PT Daese Garmin Budi Prayogo dan Dewan Penasihat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Soetrisno di Bandung (Kemenperin)
Jakarta (ANTARA News) - Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu sektor strategis yang berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional, di mana industri yang termasuk sektor padat karya berorientasi ekspor ini terus dikembangkan Kementerian Perindustrian agar semakin positif dan berdaya saing global.
"Industri TPT dapat menjadi jaring pengaman sosial karena banyak menyerap tenaga kerja, hingga saat ini mencapai tiga juta orang," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika meninjau pabrik produsen jas terbesar di ASEAN, PT. Daese Garmin di Bandung, Jawa Barat, seperti dilansir keterangan tertulis Kemenperin, Sabtu.
Kemenperin mencatat, tahun 2016, nilai investasi industri TPT mencapai Rp7,54 triliun dengan perolehan devisa yang signifikan dari nilai ekspor sebesar USD11,87 miliar dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 17,03 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur.
Menurut Airlangga, pihaknya telah melakukan pemetaan atas paket kebijakan ekonomi yang dinilai masih belum terealisasi guna mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur nasional, termasuk industri TPT.
"Hal ini kami lakukan karena dalam tataran operasional masih terdapat satu komoditi yang diatur oleh berbagai institusi lain. Untuk itu perlu koordinasi sehingga tujuan paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah benar-benar bermakna bagi dunia usaha," ujarnya.
Apalagi, saat ini Kemenperin tengah menggodok regulasi khusus untuk industri padat karya berorientasi ekspor, di mana akan mengatur tentang pemberian insentif fiskal berupa investment allowance.
"Jadi, pelaku usaha akan mendapatkan diskon PPh yang harus dialokasikan untuk ekspansi usaha," jelasnya.
Kemenperin juga sedang memacu kualitas produk industri TPT nasional agar mampu bersaing dengan kompetitor dari Bangladesh dan Vietnam. Indonesia memiliki potensi untuk unggul karena sektor ini telah terintegrasi dari hulu sampai hilir.
"Terkait perluasan pasar ekspor, kami juga mendorong untuk membangun perjanjian yang komprehensif dengan Eropa dan bilateral dengan Amerika Serikat agar bisa mendapat keringanan tarif yang lebih baik. Termasuk juga dengan industri kecil, kami akan fasilitasi untuk meningkatkan ekspor," katanya menjelaskan.
Airlangga menyampaikan, fenomena yang sedang terjadi saat ini adalah ada beberapa industri TPT yang memindahkan lokasi pabriknya dari Jawa Barat ke daerah lainnya terutama prioritas ke Jawa Tengah.
Ia menilai ini bukan tolak ukur bahwa provinsi dengan ibukota Bandung ini sudah kurang menarik sebagai basis industri TPT.
"Namun, perlu dinilai bahwa kepindahan tersebut karena faktor ekspansi dan mendekati kepada potensi dengan tujuan pemerataan investasi," tegasnya.
Airlangga berharap, para pelaku industri di Jawa Barat tetap serius mengembangkan usahanya karena daerah ini masih lebih unggul dalam hal menghadapi berbagai tantangan.
Sementara, PT. Daese Garmin telah berdiri sejak 15 Maret 1988 di bawah Metro Group sebagai produsen dengan merk-merk global seperti Mark & Spencer, Calvin Klein, Hugo Boss dan Ralph Lauren. Penyerapan tenaga kerja di PT. Daese Garmin sekitar 6.000 orang yang tergabung dalam jumlah karyawan Metro Group sebanyak 16 ribu orang.
Produk yang dihasilkan perusahaan ini secara keseluruhan dipasarkan ke luar negeri. Tahun 2016, negara tujuan ekspor utamanya adalah Amerika Serikat (85 persen), Eropa (5 persen), serta Jepang dan Korea (10 persen). Kapasitas produksinya mencapai 400 ribu pasang jas dan celana per bulan.
"Industri TPT dapat menjadi jaring pengaman sosial karena banyak menyerap tenaga kerja, hingga saat ini mencapai tiga juta orang," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika meninjau pabrik produsen jas terbesar di ASEAN, PT. Daese Garmin di Bandung, Jawa Barat, seperti dilansir keterangan tertulis Kemenperin, Sabtu.
Kemenperin mencatat, tahun 2016, nilai investasi industri TPT mencapai Rp7,54 triliun dengan perolehan devisa yang signifikan dari nilai ekspor sebesar USD11,87 miliar dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 17,03 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur.
Menurut Airlangga, pihaknya telah melakukan pemetaan atas paket kebijakan ekonomi yang dinilai masih belum terealisasi guna mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur nasional, termasuk industri TPT.
"Hal ini kami lakukan karena dalam tataran operasional masih terdapat satu komoditi yang diatur oleh berbagai institusi lain. Untuk itu perlu koordinasi sehingga tujuan paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah benar-benar bermakna bagi dunia usaha," ujarnya.
Apalagi, saat ini Kemenperin tengah menggodok regulasi khusus untuk industri padat karya berorientasi ekspor, di mana akan mengatur tentang pemberian insentif fiskal berupa investment allowance.
"Jadi, pelaku usaha akan mendapatkan diskon PPh yang harus dialokasikan untuk ekspansi usaha," jelasnya.
Kemenperin juga sedang memacu kualitas produk industri TPT nasional agar mampu bersaing dengan kompetitor dari Bangladesh dan Vietnam. Indonesia memiliki potensi untuk unggul karena sektor ini telah terintegrasi dari hulu sampai hilir.
"Terkait perluasan pasar ekspor, kami juga mendorong untuk membangun perjanjian yang komprehensif dengan Eropa dan bilateral dengan Amerika Serikat agar bisa mendapat keringanan tarif yang lebih baik. Termasuk juga dengan industri kecil, kami akan fasilitasi untuk meningkatkan ekspor," katanya menjelaskan.
Airlangga menyampaikan, fenomena yang sedang terjadi saat ini adalah ada beberapa industri TPT yang memindahkan lokasi pabriknya dari Jawa Barat ke daerah lainnya terutama prioritas ke Jawa Tengah.
Ia menilai ini bukan tolak ukur bahwa provinsi dengan ibukota Bandung ini sudah kurang menarik sebagai basis industri TPT.
"Namun, perlu dinilai bahwa kepindahan tersebut karena faktor ekspansi dan mendekati kepada potensi dengan tujuan pemerataan investasi," tegasnya.
Airlangga berharap, para pelaku industri di Jawa Barat tetap serius mengembangkan usahanya karena daerah ini masih lebih unggul dalam hal menghadapi berbagai tantangan.
Sementara, PT. Daese Garmin telah berdiri sejak 15 Maret 1988 di bawah Metro Group sebagai produsen dengan merk-merk global seperti Mark & Spencer, Calvin Klein, Hugo Boss dan Ralph Lauren. Penyerapan tenaga kerja di PT. Daese Garmin sekitar 6.000 orang yang tergabung dalam jumlah karyawan Metro Group sebanyak 16 ribu orang.
Produk yang dihasilkan perusahaan ini secara keseluruhan dipasarkan ke luar negeri. Tahun 2016, negara tujuan ekspor utamanya adalah Amerika Serikat (85 persen), Eropa (5 persen), serta Jepang dan Korea (10 persen). Kapasitas produksinya mencapai 400 ribu pasang jas dan celana per bulan.
Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017
Tags: