Serangan AS tewaskan sembilan warga sipil
7 April 2017 23:57 WIB
Ilustrasi kapal penghancur berpeluru kendali Angkatan Laut Amerika Serikat USS Ross (DDG 71) menembakkan rudal tomahawk serangan darat di Laut Mediterania, Jumat (7/4/2017). (Robert S Price/Courtesy US Navy/Handout via REUTERS)
Beirut (ANTARA News) - Sembilan warga sipil termasuk empat anak-anak tewas dalam serangan rudal Amerika Serikat pada pangkalan udara Suriah di dekat Kota Homs pada Jumat, menuruy kantor berita pemerintah Suriah.
Laporan SANA mengatakan warga sipil itu tewas di desa-desa dekat pangkalan udara. Dikatakan lebih banyak dari tujuh orang terluka dan rumah di daerah itu telah rusak parah.
Sebelumnya, Gubernur Homs Talal Barazi mengatakan tujuh orang telah tewas dalam serangan itu. Tidak segera jelas apakah ini adalah korban dari serangan yang berbeda.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk dugaan penggunaan senjata kimia di Kota Kecil Khan Shikhoun, Suriah, dan menyatakan WHO "khawatir" mengenai penggunaan bahan kimia beracun sebagai senjata di negara dicabik perang tersebut.
Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO Peter Salama mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di Idlib telah membuatnya sedih dan marah.
Kota Khan Shikhoun, yang terletak di pinggir selatan Idlib dan dikuasai gerilyawan, dilaporkan diserang dengan menggunakan bahan kimia pada Selasa (4/4), sehingga menewaskan tak kurang dari 70 orang dan melukai ratusan orang lagi, kata WHO.
Menurut laporan Xinhua, WHO memperingatkan daya tampung rumah sakit di daerah itu untuk melayani keperluan orang yang cedera terbatas di tengah kekurangan obat dan kerusakan prasarana.
Organisasi yang berpusat di Jenewa tersebut menyatakan WHO telah mengirim obat penting seperti Atropine dan Steroid untuk layanan kesehatan di daerah itu, dan para ahli yang berpusat di Turki memberi saran mengenai cara terbaik mendiagnosis dan merawat pasien yang terpengaruh.
Di Washington Presiden AS Donald Trump pada hari yang sama juga mengutuk serangan kimia "yang mengerikan" di Suriah, dan mengatakan itu tak bisa ditolerir.
Ketika berbicara dalam taklimat di Gedung Putih bersama dengan Raja Jordania Abdullah II, yang sedang berkunjung, Trump menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad atas serangan gas di bagian barat-laut Suriah.
"Kematian mereka (para korban) adalah penghinaan buat umat manusia. Perbuatan keji ini oleh rejim (Bashar) al-Assad tak bisa ditolerir," kata Trump.
Trump tidak memberi perincian, tapi itu dipandang sebagai sinyal mengenai perubahan pikirannya setelah pernyataan belum lama ini oleh para pejabat AS bahwa prioritas pemerintah Trump mengenai Suriah bukan lagi menggulingkan Bashar dari kekuasaan.
Pemerintah sebelumnya AS di bawah Barack Obama berkeras Bashar tak boleh memainkan peran dalam penyelesaian krisis Suriah.
Pemerintah Portugal juga bergabung dalam mengecam serangan bahan kimia di Suriah, dan mengatakan itu adalah "bukti dari kekejaman dan konflik di negeri itu".
Kementerian Urusan Luar Negeri Portugal mengatakan dalam pernyataan bahwa penyelidikan mesti dilakukan setelah dipastikan bahwa serangan bahan kimia dilakukan di Provinsi Idlib di Suriah.
Laporan SANA mengatakan warga sipil itu tewas di desa-desa dekat pangkalan udara. Dikatakan lebih banyak dari tujuh orang terluka dan rumah di daerah itu telah rusak parah.
Sebelumnya, Gubernur Homs Talal Barazi mengatakan tujuh orang telah tewas dalam serangan itu. Tidak segera jelas apakah ini adalah korban dari serangan yang berbeda.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk dugaan penggunaan senjata kimia di Kota Kecil Khan Shikhoun, Suriah, dan menyatakan WHO "khawatir" mengenai penggunaan bahan kimia beracun sebagai senjata di negara dicabik perang tersebut.
Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO Peter Salama mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di Idlib telah membuatnya sedih dan marah.
Kota Khan Shikhoun, yang terletak di pinggir selatan Idlib dan dikuasai gerilyawan, dilaporkan diserang dengan menggunakan bahan kimia pada Selasa (4/4), sehingga menewaskan tak kurang dari 70 orang dan melukai ratusan orang lagi, kata WHO.
Menurut laporan Xinhua, WHO memperingatkan daya tampung rumah sakit di daerah itu untuk melayani keperluan orang yang cedera terbatas di tengah kekurangan obat dan kerusakan prasarana.
Organisasi yang berpusat di Jenewa tersebut menyatakan WHO telah mengirim obat penting seperti Atropine dan Steroid untuk layanan kesehatan di daerah itu, dan para ahli yang berpusat di Turki memberi saran mengenai cara terbaik mendiagnosis dan merawat pasien yang terpengaruh.
Di Washington Presiden AS Donald Trump pada hari yang sama juga mengutuk serangan kimia "yang mengerikan" di Suriah, dan mengatakan itu tak bisa ditolerir.
Ketika berbicara dalam taklimat di Gedung Putih bersama dengan Raja Jordania Abdullah II, yang sedang berkunjung, Trump menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad atas serangan gas di bagian barat-laut Suriah.
"Kematian mereka (para korban) adalah penghinaan buat umat manusia. Perbuatan keji ini oleh rejim (Bashar) al-Assad tak bisa ditolerir," kata Trump.
Trump tidak memberi perincian, tapi itu dipandang sebagai sinyal mengenai perubahan pikirannya setelah pernyataan belum lama ini oleh para pejabat AS bahwa prioritas pemerintah Trump mengenai Suriah bukan lagi menggulingkan Bashar dari kekuasaan.
Pemerintah sebelumnya AS di bawah Barack Obama berkeras Bashar tak boleh memainkan peran dalam penyelesaian krisis Suriah.
Pemerintah Portugal juga bergabung dalam mengecam serangan bahan kimia di Suriah, dan mengatakan itu adalah "bukti dari kekejaman dan konflik di negeri itu".
Kementerian Urusan Luar Negeri Portugal mengatakan dalam pernyataan bahwa penyelidikan mesti dilakukan setelah dipastikan bahwa serangan bahan kimia dilakukan di Provinsi Idlib di Suriah.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: