Menperin tawarkan investasi industri manufaktur kepada Afghanistan
6 April 2017 14:11 WIB
Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto memaparkan tentang pertumbuhan industri di Indonesia pada Business Dialogue Indonesia-Afghanistan dengan disaksikan (dari kanan) Ketua Umum KADIN Indonesia Rosan P. Roeslani, Presiden Afghanistan Mohammad Ashraf Ghani, serta Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia bidang Hubungan Internasional Shinta W. Khamdani (kiri) di Jakarta (6/4/2017) (Handout/Kemenperin)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menawarkan kerja sama investasi di bidang industri manufaktur kepada sejumlah pengusaha asal Afghanistan saat Dialog Bisnis Indonesia-Afghanistan.
"Sektor industri manufaktur dan jasa menjadi kunci dalam pertumbuhan Indonesia yang berkontribusi lebih dari 30 persen dari total GDP pada 2016," kata Airlangga dalam sambutannya saat dialog di Hotel Shangrila, Jakarta, Kamis.
Menurut Airlangga, kerja sama industri manufaktur non-migas yang berpotensi untuk ditingkatkan antara lain makanan-minuman, bahan kimia dan farmasi.
Indonesia, jelas Airlangga, termasuk salah satu dari sepuluh negara industri manufaktur terbaik di dunia.
Industri manufaktur masih akan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Selain itu, Menperin menyebutkan nilai kerja sama perdagangan maupun investasi antara kedua negara masih termasuk kecil.
Menurut data Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), total volume perdagangan bilateral pada 2016 tercatat menurun dari 2015 yaitu 16,25 juta dolar AS dari sebelumnya 36,6 juta dolar AS.
"Di masa-masa yang akan datang kita dapat memperkuat kerja sama perdagangan maupun investasi karena Afghanistan merupakan mitra perdagangan Indonesia di Asia Tengah," kata Airlangga.
Ia pun menyebutkan sejumlah kerja sama yang dapat dilakukan yaitu di sektor pertanian, pembangunan infrastruktur, eksplorasi pertambangan, tekstil, bahan bangunan, motor roda dua hingga kapal laut dan pesawat terbang.
"Indonesia dapat memproduksi model-model yang sesuai dengan kebutuhan Afghanistan," kata Airlangga.
Dia juga mengajak pengusaha Afghanistan untuk memanfaatkan peluang investasi yang terbuka begitu besar di Indonesia seperti di bidang logistik dan infrastruktur.
"Melalui dialog bisnis ini, dunia usaha baik dari Afghanistan dan Indonesia dapat saling memahami potensi kerja sama dan dapat meningkatkannya sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua negara," kata Airlangga.
Dialog bisnis tersebut dihadiri oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, Ketua Kadin Rosan Roeslani serta Dubes Afghanistan untuk Indonesia Roya Rahmani dan Dubes Indonesia untuk Afghanistan Arief Rahman.
Presiden Ashraf Ghani melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia selama dua hari sejak Rabu (5/4).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo bersama Presiden Ashraf telah menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kedua negara yang terdiri dari lima sektor yaitu pendidikan, pertanian, statistik, kebijakan fiskal dan reformasi administrasi publik.
Jokowi juga menilai sektor perdagangan bilateral masih sangat berpotensi untuk ditingkatkan.
Dia mengarahkan agar sejumlah MoU tersebut dapat segera diimplementasikan.
"Sektor industri manufaktur dan jasa menjadi kunci dalam pertumbuhan Indonesia yang berkontribusi lebih dari 30 persen dari total GDP pada 2016," kata Airlangga dalam sambutannya saat dialog di Hotel Shangrila, Jakarta, Kamis.
Menurut Airlangga, kerja sama industri manufaktur non-migas yang berpotensi untuk ditingkatkan antara lain makanan-minuman, bahan kimia dan farmasi.
Indonesia, jelas Airlangga, termasuk salah satu dari sepuluh negara industri manufaktur terbaik di dunia.
Industri manufaktur masih akan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Selain itu, Menperin menyebutkan nilai kerja sama perdagangan maupun investasi antara kedua negara masih termasuk kecil.
Menurut data Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), total volume perdagangan bilateral pada 2016 tercatat menurun dari 2015 yaitu 16,25 juta dolar AS dari sebelumnya 36,6 juta dolar AS.
"Di masa-masa yang akan datang kita dapat memperkuat kerja sama perdagangan maupun investasi karena Afghanistan merupakan mitra perdagangan Indonesia di Asia Tengah," kata Airlangga.
Ia pun menyebutkan sejumlah kerja sama yang dapat dilakukan yaitu di sektor pertanian, pembangunan infrastruktur, eksplorasi pertambangan, tekstil, bahan bangunan, motor roda dua hingga kapal laut dan pesawat terbang.
"Indonesia dapat memproduksi model-model yang sesuai dengan kebutuhan Afghanistan," kata Airlangga.
Dia juga mengajak pengusaha Afghanistan untuk memanfaatkan peluang investasi yang terbuka begitu besar di Indonesia seperti di bidang logistik dan infrastruktur.
"Melalui dialog bisnis ini, dunia usaha baik dari Afghanistan dan Indonesia dapat saling memahami potensi kerja sama dan dapat meningkatkannya sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua negara," kata Airlangga.
Dialog bisnis tersebut dihadiri oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, Ketua Kadin Rosan Roeslani serta Dubes Afghanistan untuk Indonesia Roya Rahmani dan Dubes Indonesia untuk Afghanistan Arief Rahman.
Presiden Ashraf Ghani melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia selama dua hari sejak Rabu (5/4).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo bersama Presiden Ashraf telah menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kedua negara yang terdiri dari lima sektor yaitu pendidikan, pertanian, statistik, kebijakan fiskal dan reformasi administrasi publik.
Jokowi juga menilai sektor perdagangan bilateral masih sangat berpotensi untuk ditingkatkan.
Dia mengarahkan agar sejumlah MoU tersebut dapat segera diimplementasikan.
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017
Tags: