Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Inggris menyepakati 10 proyek penelitian kolaboratif baru yang akan memperkuat kerja sama riset dan inovasi dalam berbagai topik yang memiliki relevansi tinggi dengan pembangunan sosial-ekonomi Indonesia.

Kesepakatan tersebut dilakukan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik dalam acara Peringatan Ulang Tahun ke-1 "Newton UK-Indonesia Science and Technology Fund" di Jakarta, Rabu.

Para peneliti dan inovator, merupakan aktor kunci dalam menggali potensi kekayaan negara yang Indonesia miliki. Hasil penelitian tidak dapat dikategorikan sebagai inovasi sampai mereka berguna bagi masyarakat, kata Nasir.

"Untuk mencapai hal tersebut, kolaborasi internasional seperti dengan Inggris ini sangat dibutuhkan sehingga kita tidak perlu memulai dari nol. Kita secara bersama-sama dapat berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik untuk memajukan masyarakat global," ujar dia.

Lebih jauh, Nasir mengatakan Indonesia bergerak maju untuk membangun masyarakat ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based society) . Ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi akan memainkan peran kunci dalam mencapai ambisi itu.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik mengatakan Inggris dan Indonesia telah sepakat untuk mengalokasikan dana komitmen bersama sebesar delapan juta pound sterling untuk mendanai proyek terbaik penelitian kolaboratif Inggris-Indonesia.

Newton Fund, ia juga mengatakan telah meningkatkan alokasi dana tahunan dari hingga 2 juta poundsterling untuk sampai 3 juta poundsterling yang dapat memberikan inisiatif bersama baru.

"Saat ini Inggris terus memprioritaskan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi karena kami menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan inovasi akan memberikan solusi untuk tantangan global saat ini. Sumber daya yang kita dedikasikan untuk usaha ilmiah merupakan investasi kita di masa depan," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Muhammad Dimyati mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia terbuka terhadap berbagai bentuk kerjasama internasional. Selain itu pihaknya memahami pentingnya bekerja bergandengan tangan dengan mitra Internasional untuk memajukan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi, karena penelitian tidak mengenal batas.

Newton Fund merupakan program nyata buah dari Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan Inggris mengenai Riset dan Teknologi yang penandatanganannya disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri David Cameron pada 2015.

"Hari ini kita akan mendengarkan langsung dari peneliti terpilih betapa pentingnya penelitian mereka bagi kepentingan masyarakat, dan dengan kerjasama riset dan inovasi internasional kita akan memperoleh hasil yang lebih baik," kata Dimyati.

Akhir tahun 2016, tiga penyandang dana penelitian dan inovasi Indonesia, meliputi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI), telah bekerjasama dengan empat mitra pelaksana Inggris. DIPI menerima dana pertama untuk kegiatan bersama dengan Newton Fund dari Kementerian Keuangan, melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Pada 2017, mitra pelaksana Inggris dan penyandang dana Indonesia, tengah mendiskusikan kemungkinan kerjasama di bidang "hydro-meteorological hazard", dengan fokus khusus pada daerah perkotaan, serta penelitian unik terkait geografis wilayah Wallacea. Sementara Kantor Meteorologi Inggris Met Office dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah melakukan pembicaraan awal untuk penelitian bersama mengenai layanan cuaca dan iklim.

British Council dan Pemerintah Indonesia juga akan melakukan finalisasi kerjasama beasiswa doktoral. Program ini merupakan program beasiswa pertama yang didanai bersama Pemerintah Indonesia dan Inggris Raya.