Posko identifikasi korban longsor Ponorogo dipindahkan
5 April 2017 11:29 WIB
Tim SAR gabungan mencari korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (4/4/2017). Menurut perkiraan sekitar 25 korban masih tertimbun. (ANTARA/Zabur Karuru)
Ponorogo (ANTARA News) - Tim SAR Gabungan memindahkan posko identifikasi korban untuk menghindari longsor susulan di sekitar lokasi bencana di Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Tim memindahkan posko yang sebelumnya berada di ring satu atau sektor A lokasi longsor di Desa Banaran ke samping Puskesmas Pulung, sekitar 15 kilometer dari Dukuh Tangkil, mulai hari kelima pencarian.
"Dengan alasan keamanan, posko dipindah karena khawatir ada longsor susulan," kata Koordinator Tim Disaster Victim Identification (DVI) Longsor Banaran, AKBP Mochammad Ony Swasono, di lokasi bencana, Rabu.
Posko identifikasi berupa tenda darurat dengan luas sekitar 24 meter persegi. Saat hujan turun tim harus masuk ke tenda yang berdekatan dengan titik longsor.
Koordinator DVI Longsor Banaran mengatakan posko dipindahkan karena keamanan kurang terjamin dan fasilitasnya tidak memenuhi syarat.
"Jaringan komunikasi terputus karena sinyal susah dan pendalaman identifikasi terhadap jenazah harus detail sehingga memerlukan jaringan internet. Apalagi jenazah sudah tertimbun tanah beberapa hari yang dari segi fisik sulit dikenali," ucapnya.
"Meski agak jauh, tapi lebih efektif dan tugas tim identifikasi berjalan maksimal. Apalagi di sini dekat dengan kantor Kecamatan Pulung maupun Mapolsek Pulung," kata Kasub Biddokpol Polda Jatim tersebut.
Anggota tim forensik dari Universitas Airlangga Surabaya Pudji Hardjanto menyambut positif pemindahan posko karena ada peralatan identifikasi yang pengoperasiannya membutuhkan koneksi Internet.
Misalnya, menurut mahasiswa S-2 jurusan forensik itu, alat Mobile Automatic Multi Biometric Identification System (Mambis) untuk meneliti identitas melalui sidik jari.
"Semoga kinerja tim semakin baik dan kami berusaha semaksimal mungkin untuk membantu mengungkap identitas korban longsor," kata polisi berpangkat Aiptu tersebut.
Tim pencari menemukan tiga jenazah pada hari kedua dan ketiga pencarian. Tim mengidentifikasi jenazah tersebut di posko karena secara fisik masih bisa dikenali.
Tim memindahkan posko yang sebelumnya berada di ring satu atau sektor A lokasi longsor di Desa Banaran ke samping Puskesmas Pulung, sekitar 15 kilometer dari Dukuh Tangkil, mulai hari kelima pencarian.
"Dengan alasan keamanan, posko dipindah karena khawatir ada longsor susulan," kata Koordinator Tim Disaster Victim Identification (DVI) Longsor Banaran, AKBP Mochammad Ony Swasono, di lokasi bencana, Rabu.
Posko identifikasi berupa tenda darurat dengan luas sekitar 24 meter persegi. Saat hujan turun tim harus masuk ke tenda yang berdekatan dengan titik longsor.
Koordinator DVI Longsor Banaran mengatakan posko dipindahkan karena keamanan kurang terjamin dan fasilitasnya tidak memenuhi syarat.
"Jaringan komunikasi terputus karena sinyal susah dan pendalaman identifikasi terhadap jenazah harus detail sehingga memerlukan jaringan internet. Apalagi jenazah sudah tertimbun tanah beberapa hari yang dari segi fisik sulit dikenali," ucapnya.
"Meski agak jauh, tapi lebih efektif dan tugas tim identifikasi berjalan maksimal. Apalagi di sini dekat dengan kantor Kecamatan Pulung maupun Mapolsek Pulung," kata Kasub Biddokpol Polda Jatim tersebut.
Anggota tim forensik dari Universitas Airlangga Surabaya Pudji Hardjanto menyambut positif pemindahan posko karena ada peralatan identifikasi yang pengoperasiannya membutuhkan koneksi Internet.
Misalnya, menurut mahasiswa S-2 jurusan forensik itu, alat Mobile Automatic Multi Biometric Identification System (Mambis) untuk meneliti identitas melalui sidik jari.
"Semoga kinerja tim semakin baik dan kami berusaha semaksimal mungkin untuk membantu mengungkap identitas korban longsor," kata polisi berpangkat Aiptu tersebut.
Tim pencari menemukan tiga jenazah pada hari kedua dan ketiga pencarian. Tim mengidentifikasi jenazah tersebut di posko karena secara fisik masih bisa dikenali.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: