Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan tengah menginventarisasi komoditas ekspor ke Amerika Serikat yang dinilai mengakibatkan nilai perdagangan AS menjadi defisit, sebaliknya membuat Indonesia surplus.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan inventarisasi ini ditempuh sebagai tanggapan atas pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menilai Indonesia sebagai salah satu negara yang curang dalam hubungan perdagangan.

"Itu kan baru statement. Kita ikuti apa langkah berikutnya. Kami sedang menginventarisasi komoditas yang diekspor ke Amerika. Apa saja yang berpotensi, kami buat daftarnya," kata Enggartiasto di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Selasa.

Dia mengaku akan meminta perwakilan Kementerian Perdagangan di Washington DC untuk memantau dan mengikuti perkembangan atas pernyataan Presiden Trump yang menilai ekspor dari Indonesia mengakibatkan perdagangan AS menjadi defisit.

Mendag juga mengikuti instruksi Presiden Joko Widodo yang ingin membuka pasar baru dengan target capaian penandatanganan kerja sama perdagangan dengan 16 negara.

Ada pun kawasan yang menjadi pasar baru Indonesia adalah Afrika, Asia Tengah, Timur Tengah, Eurasia, dan negara-negara anggota RCEP.

"Semua negara baik kerja sama multilateral dan bilateral akan kami lakukan, baik dengan negara-negara ASEAN, IJEPA dan negara RCEP," kata Enggartiasto.

Senin 3 April lalu Kementerian Dalam Negeri AS mengeluarkan daftar 16 ekonomi yang dirasa memiliki hubungan perdagangan tidak seimbang dengan AS.

Dalam daftar itu, defisit perdagangan AS paling besar dengan China sebesar 347 miliar dolar AS, lalu Jepang, Jerman, Meksiko, Irlandia, Vietnam, Italia, Korea Selatan, Malaysia, India, Thailand, Prancis, Swiss, dan Taiwan.

Indonesia menempati urutan 15 dengan surplus perdagangan 13 miliar dolar AS, sedangkan di bawah Indonesia atau nomor urut 16 ada Kanada dengan surplus 11 miliar dolar AS.