Sydney (ANTARA News) - Para peneliti Australia optimistis aplikasi mobile yang mereka kembangkan bisa mengajari bayi-bayi yang lahir tuli belajar bicara.

Dikembangkan oleh tim dari Swinburne University di Melbourne, aplikasi GetTalking dirancang untuk bayi yang lahir tuli dan menerima implan koklea.

Anak-anak yang lahir tuli dan menerima implan sering kesulitan menghubungkan suara-suara yang mereka dengar dengan suara-suara yang keluar dari mulut mereka.

Belinda Barnet, pemimpin tim peneliti, datang dengan ide membuat aplikasi tersebut setelah membesarkan anak perempuan dengan gangguan pendengaran.

"Dengan anak perempuan saya sendiri, dia menerima implan pada usia 11 bulan, Saya butuh satu tahun untuk mengajarinya bicara. Ini melibatkan banyak latihan berulang dan waktu. Sekarang karena dia bisa bicara, saya ingin membantu keluarga lain yang mungkin tidak punya waktu untuk melakukan itu," kata Barnet dalam siaran pers, Selasa.

Aplikasi itu bekerja dengan memberi anak penghargaan visual ketika mereka bicara.

"Ketika seorang anak tidak mendengar suara apapun, mereka tidak memahami bahwa kebisingan punya pengaruh pada lingkungan. Jadi hal pertama harus penghargaan visual untuk satu pengucapan," kata Barnet.

"Pada 12 bulan anak-anak merespons baik penghargaan visual, dan bahkan 'ahhh' atau 'ohhh' harus mendapat respons dari aplikasi."

Karena kerumitan dalam mengenali kata dari bayi yang tidak tahu cara mengucapkan kalimat rumit, perangkat lunak pengenalan suara dan kecerdasan artifisial dibutuhkan untuk aplikasi dengan dukungan dari BabyLab Swinburne.

"Bahasanya perlu disesuaikan dengan ribuan artikulasi dari bayi-bayi yang bicara normal," kata Barnet said.

Rachel McDonald, kepala bagian Ilmu Kesehatan dan Medis di Swinburne, mengatakan aplikasi itu akan mengubah hidup anak-anak dan keluarga yang terdampak implan koklea.

"Alih-alih menggantikan, kami menambahkan pengalaman, yang akan meningkatkan kelekapan pada kegiatan-kegiatan yang sulit dilakukan oleh anak dan keluarga," kata McDonald sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.