Meski longsor maut di Ponorogo, warga nekad berladang di zona merah
3 April 2017 20:35 WIB
Tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4/2017). (ANTARA/Zabur Karuru)
Ponorogo, Jawa Timur (ANTARA News) - Sejumlah warga Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, nekad berladang di zona merah yang diidentifikasi rawan longsor.
"Tadi saat melakukan survei di sekitar tebing yang longsor kami masih melihat sejumlah warga sedang berladang. Kami langsung perintahkan untuk pulang karena itu masuk zona inti rawan longsor," kata Ketua Tim Tanggap Bencana Tanah Longsor Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Herry Purnomo saat meninjau lokasi bencana tanah longsor di Desa Banaran, Senin.
Menurut dia, fakta adanya warga yang tetap bekerja di ladang meski lokasinya hanya berjarak kurang dari 100 meter dari titik tebing yang longsor menunjukkan masih rendahnya kesadaran penduduk atas potensi dan risiko bencana.
"Padahal hasil pantauan kami di kanan kiri tebing yang longsor itu muncul retakan baru, yang sebelah kanan hingga radius 100-an meter sementara ke kiri lebih pendek, tapi tetap saja itu berbahaya," kata Herry.
Dia memastikan seluruh kawasan lereng Gunung Gede dan sekitarnya di Desa Banaran masuk zona merah.
"Di zona merah tidak boleh lagi ada hunian ataupun kegiatan manusia karena potensi longsor sangat tinggi," kata Herry.
Selain peladang, sejumlah warga beberapa kali terpantau melihat kondisi tebing yang longsor dari puncak Gunung Gede, persis di atas lereng longsor yang mengubur 28 orang hidup-hidup.
Tim SAR gabungan beberapa kali meneriaki warga dari titik nol lokasi longsor agar mereka yang berada di sekitar zona merah atau puncak tebing yang longsor untuk menyingkir, namun mereka membandel.
"Tadi saat melakukan survei di sekitar tebing yang longsor kami masih melihat sejumlah warga sedang berladang. Kami langsung perintahkan untuk pulang karena itu masuk zona inti rawan longsor," kata Ketua Tim Tanggap Bencana Tanah Longsor Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Herry Purnomo saat meninjau lokasi bencana tanah longsor di Desa Banaran, Senin.
Menurut dia, fakta adanya warga yang tetap bekerja di ladang meski lokasinya hanya berjarak kurang dari 100 meter dari titik tebing yang longsor menunjukkan masih rendahnya kesadaran penduduk atas potensi dan risiko bencana.
"Padahal hasil pantauan kami di kanan kiri tebing yang longsor itu muncul retakan baru, yang sebelah kanan hingga radius 100-an meter sementara ke kiri lebih pendek, tapi tetap saja itu berbahaya," kata Herry.
Dia memastikan seluruh kawasan lereng Gunung Gede dan sekitarnya di Desa Banaran masuk zona merah.
"Di zona merah tidak boleh lagi ada hunian ataupun kegiatan manusia karena potensi longsor sangat tinggi," kata Herry.
Selain peladang, sejumlah warga beberapa kali terpantau melihat kondisi tebing yang longsor dari puncak Gunung Gede, persis di atas lereng longsor yang mengubur 28 orang hidup-hidup.
Tim SAR gabungan beberapa kali meneriaki warga dari titik nol lokasi longsor agar mereka yang berada di sekitar zona merah atau puncak tebing yang longsor untuk menyingkir, namun mereka membandel.
Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017
Tags: