Depresi guncang korban longsor Ponorogo
3 April 2017 20:09 WIB
Tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4/2017). (ANTARA/Zabur Karuru)
Ponorogo, Jawa Timur (ANTARA News) - Puluhan korban tanah longsor di Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, mulai sakit-sakitan dan depresi akibat situasi bencana yang mereka alami.
"Penyakit mulai muncul seperti gatal-gatal pada kulit, batuk pilek, hingga depresi," kata dr. Yunita, dokter jaga yang bertugas di Posko Kesehatan Ring-2 kepada Antara, Senin.
Menurut dokter Puskesmas Kauman yang kebagian tugas jaga menjadi relawan di posko kesehatan Desa Banaran itu, rata-rata pengungsi diderita penyakit dan depresi.
Depresi dipicu oleh stres berlebihan akibat trauma bencana dan efek kejut pada kejiwaan para korban atau keluarga korban yang belum rela kehilangan tempat tinggal dan anggota keluarga.
"Kemarin (Minggu) ada satu yang mengalami depresi berat sehingga dibawa ke Puskesmas Pulung namun tak bisa ditangani karena tak ada tenaga medis yang menangani maupun obat-obat yang diperlukan," kata Yunita.
Pasien depresi tersebut akhirnya dibawa ke RSUD dr Hardjono untuk mendapat perawatan intensif. "Di RSUD ada obat-obat yang dibutuhkan," kata Yunita.
Di Posko Kesehatan ring-2, sejumlah pengungsi mulai stres akibat trauma psikologis. "Di sana ada 40, dan rata-rata mengalami stres yang menjadi gejala depresi," ujar Yunita.
Ismiatiun dan Sirmadi, dua pengungsi yang sama-sama kehilangan anggota keluarga, hanya pasrah pada musibah yang menimpa mereka.
"Saya tidak bisa ke mana-mana, juga tidak tahu harus bagaimana karena semua yang kami punya sudah musnah diterjang longsor," kata Sirmadi.
"Penyakit mulai muncul seperti gatal-gatal pada kulit, batuk pilek, hingga depresi," kata dr. Yunita, dokter jaga yang bertugas di Posko Kesehatan Ring-2 kepada Antara, Senin.
Menurut dokter Puskesmas Kauman yang kebagian tugas jaga menjadi relawan di posko kesehatan Desa Banaran itu, rata-rata pengungsi diderita penyakit dan depresi.
Depresi dipicu oleh stres berlebihan akibat trauma bencana dan efek kejut pada kejiwaan para korban atau keluarga korban yang belum rela kehilangan tempat tinggal dan anggota keluarga.
"Kemarin (Minggu) ada satu yang mengalami depresi berat sehingga dibawa ke Puskesmas Pulung namun tak bisa ditangani karena tak ada tenaga medis yang menangani maupun obat-obat yang diperlukan," kata Yunita.
Pasien depresi tersebut akhirnya dibawa ke RSUD dr Hardjono untuk mendapat perawatan intensif. "Di RSUD ada obat-obat yang dibutuhkan," kata Yunita.
Di Posko Kesehatan ring-2, sejumlah pengungsi mulai stres akibat trauma psikologis. "Di sana ada 40, dan rata-rata mengalami stres yang menjadi gejala depresi," ujar Yunita.
Ismiatiun dan Sirmadi, dua pengungsi yang sama-sama kehilangan anggota keluarga, hanya pasrah pada musibah yang menimpa mereka.
"Saya tidak bisa ke mana-mana, juga tidak tahu harus bagaimana karena semua yang kami punya sudah musnah diterjang longsor," kata Sirmadi.
Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017
Tags: