Pemda DIY diharapkan sosialisasikan kesehatan ginjal
28 Maret 2017 22:39 WIB
ilustrasi: Jasa Layanan Cuci Darah Sejumlah pasien gagal ginjal kronik menjalani proses cuci darah menggunakan perangkat hemodialisis atau ginjal buatan di RSUD dr Iskak, Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (30/7/15). (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)
Yogyakarta (ANTARA News) - Komunitas peduli ginjal di Yogyakarta "Ginjal Kita" berharap Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menyosialisasikan kesehatan ginjal kepada masyarakat untuk menekan jumlah penderita penyakit ginjal di daerah itu.
"Hal itu perlu dilakukan agar masyarakat luas dapat mengetahui dengan sejelas-jelasnya mengenai penyakit ginjal dan bagaimana menjaga salah satu organ yang paling istimewa itu," kata pendiri Ginjal Kita, Donnie Satria di Yogyakarta, Selasa.
Menurut Satria, jumlah pasien penyakit ginjal di Yogyakarta cukup banyak. Sejak "Ginjal Kita" melakukan pendataan terakhir pada 2012, jumlah pasien ginjal di Yogyakarta telah mencapai 925 pasien gagal ginjal yang tersebar di 10 rumah sakit.
Dengan alasan pasien gagal ginjal sangat cepat bertambah, selalu silih berganti, serta banyak yang meninggal dunia, menurut Satria, Ginjal Kita sudah tidak pernah melakukan pendataan kembali hingga saat ini. "Sekarang di Yogyakarta ada 25 pusat cuci darah dan mesin cuci darahnya selalu terisi," kata Satria yang juga pasien gagal ginjal itu.
Satria mengatakan meski penanganan penyakit gagal ginjal melalui terapi hemodialisis (HD) atau cuci darah, Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dan transplantasi ginjal, seluruhnya telah ditanggung BPJS, pemerintah daerah serta pemangku kepentingan lainnya tetap perlu memberikan edukasi serta menyosialisasikan berbagai informasi mengenai ginjal sejak dini.
Edukasi sejak dini mengenai fungsi ginjal, penyebab gagal ginjal, serta cara merawat ginjal, menurut dia, seharusnya sudah diberikan kepada anak usia sekolah SD. Bentuk edukasi itu, misalnya menekankan pentingnya asupan air putih yang cukup, serta membatasi konsumsi makanan dan minuman yang bisa menjadi pemicu penyakit ginjal. "Kami harap pemerintah lebih giat lagi dalam upaya-upaya preventif terkait penyakit ginjal ini," kata dia.
Mengingat pentingnya edukasi seputar ginjal sejak dini, "Ginjal Kita" sejak lama telah memberikan pendampingan, edukasi, serta sosialisasi mengenai kesehatan ginjal. "Kebanyakan masyarakat tidak mengetahui arti penting organ ginjal dan apa itu gagal ginjal. Bahkan pasien dan keluarga pasien gagal ginjal belum tentu memahaminya," kata Satria.
(T.L007/B015)
"Hal itu perlu dilakukan agar masyarakat luas dapat mengetahui dengan sejelas-jelasnya mengenai penyakit ginjal dan bagaimana menjaga salah satu organ yang paling istimewa itu," kata pendiri Ginjal Kita, Donnie Satria di Yogyakarta, Selasa.
Menurut Satria, jumlah pasien penyakit ginjal di Yogyakarta cukup banyak. Sejak "Ginjal Kita" melakukan pendataan terakhir pada 2012, jumlah pasien ginjal di Yogyakarta telah mencapai 925 pasien gagal ginjal yang tersebar di 10 rumah sakit.
Dengan alasan pasien gagal ginjal sangat cepat bertambah, selalu silih berganti, serta banyak yang meninggal dunia, menurut Satria, Ginjal Kita sudah tidak pernah melakukan pendataan kembali hingga saat ini. "Sekarang di Yogyakarta ada 25 pusat cuci darah dan mesin cuci darahnya selalu terisi," kata Satria yang juga pasien gagal ginjal itu.
Satria mengatakan meski penanganan penyakit gagal ginjal melalui terapi hemodialisis (HD) atau cuci darah, Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dan transplantasi ginjal, seluruhnya telah ditanggung BPJS, pemerintah daerah serta pemangku kepentingan lainnya tetap perlu memberikan edukasi serta menyosialisasikan berbagai informasi mengenai ginjal sejak dini.
Edukasi sejak dini mengenai fungsi ginjal, penyebab gagal ginjal, serta cara merawat ginjal, menurut dia, seharusnya sudah diberikan kepada anak usia sekolah SD. Bentuk edukasi itu, misalnya menekankan pentingnya asupan air putih yang cukup, serta membatasi konsumsi makanan dan minuman yang bisa menjadi pemicu penyakit ginjal. "Kami harap pemerintah lebih giat lagi dalam upaya-upaya preventif terkait penyakit ginjal ini," kata dia.
Mengingat pentingnya edukasi seputar ginjal sejak dini, "Ginjal Kita" sejak lama telah memberikan pendampingan, edukasi, serta sosialisasi mengenai kesehatan ginjal. "Kebanyakan masyarakat tidak mengetahui arti penting organ ginjal dan apa itu gagal ginjal. Bahkan pasien dan keluarga pasien gagal ginjal belum tentu memahaminya," kata Satria.
(T.L007/B015)
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: