Riau targetkan 25 persen bahan makanan pokok dari sagu
27 Maret 2017 10:18 WIB
Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menyantap mie sagu saat sarapan, di Kota Pekanbaru, Kamis (5/1/2017). Pemerintah Provinsi Riau mendorong agar potensi sagu yang sangat besar di daerah pesisirnya bisa menjadi daya tarik investasi industri dan pariwisata, dengan melakukan riset untuk menghasilkan produk turunan bahan pangan berupa beras sagu, mie sagu dan gula cair. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA News) - Provinsi Riau menargetkan sebanyak 25 persen bahan makanan pokok berasal dari sagu sehingga tidak tergantung lagi dari beras.
"Tahun ini saja 10 persen sagu sudah dipasarkan sebagai pangan dasar di Riau," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau Darmansyah kepada antara di Pekanbaru, Senin.
Darmansyah mengemukakan alasan pengalihan penggunaan bahan pangan beras ke sagu ini karena potensi bahan karbohidrat ini lebih besar ketimbang padi-padian.
"Kita juga mewaspadai ketergantungan beras dari luar provinsi,"tutur Darmansyah.
Menurutnya dia tiap tahun hampir 1 juta ton beras beredar di pasar Riau sebagai bahan pangan karbohidrat yang bersumber dari segala sentra penghasil baik lewat perdagangan komersial maupun pengadaan pemerintah lewat Badan Urusan Logistik (Bulog).
Beras dipasok dari daerah tetangga seperti Sumbar, Palembang dan Sumut sebanyak 751.000 ton dan produksi padi lokal 247.000 ton.
"Artinya 60 persen kita Riau tergantung pada beras dari luar," tuturnya lagi.
Sementara di sisi lain produksi sagu Riau mencapai 246.000 ton per tahun terbesar secara nasional, yang dihasilkan dari lahan seluas 87.000 hektare, tersebar di Kabupaten Kepulauan Meranti, Indragiri Hilir dan Kabupaten Bengkalis.
Karena itu sambungnya, kini Riau sedang berupaya mensosialisasikan dan melakukan seminar pangan sagu.
"Kita punya sagu yang bisa menggantikan karbohidat beras. Upaya diversifikasi tetap kita lakukan di pacu terus termasuk umbi-umbian," ucapnya pula.
Sagu juga baik untuk orang usia lanjut yang rawan terjangkit penyakit diabetes atau gula karena sagu bisa menekan kadar gula darah.
"Saya saja sudah membiasakan mengkonsumsi sagu pengganti beras guna menekan kadar gula darah," ujarnya mencontohkan manfaat sagu.
Selain itu sebut dia kedepan pihaknya akan menciptakan bentuk pangan sagu dan umbi-umbian yang lebih baik kemasannya dan sudah dipadukan dengan protein sehingga konsumen bisa mendapatkan produk jadi berkualitas.
"Kita sedang melakukan penelitian bagaimana olahan sagu dan umbi-umbian dihasilkan sudah dalam bentuk bahan dasar karbohidrat yang mengandung protein dan vitamin, tunggu saja hasilnya," sebutnya membeberkan.
Ia menambahkan kini 10 persen masyarakat Riau sudah mengenal produk sagu, tahun depan 25 persen ditargetkan warga kenal sagu.
"Contoh ada 32 warung di Riau kini yang menjajakan me sagu dan aneka produknya, kafe-kafe sekarang juga menjajakan dan pelanggan mulai meminta sajian itu," tambahnya.
"Tahun ini saja 10 persen sagu sudah dipasarkan sebagai pangan dasar di Riau," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau Darmansyah kepada antara di Pekanbaru, Senin.
Darmansyah mengemukakan alasan pengalihan penggunaan bahan pangan beras ke sagu ini karena potensi bahan karbohidrat ini lebih besar ketimbang padi-padian.
"Kita juga mewaspadai ketergantungan beras dari luar provinsi,"tutur Darmansyah.
Menurutnya dia tiap tahun hampir 1 juta ton beras beredar di pasar Riau sebagai bahan pangan karbohidrat yang bersumber dari segala sentra penghasil baik lewat perdagangan komersial maupun pengadaan pemerintah lewat Badan Urusan Logistik (Bulog).
Beras dipasok dari daerah tetangga seperti Sumbar, Palembang dan Sumut sebanyak 751.000 ton dan produksi padi lokal 247.000 ton.
"Artinya 60 persen kita Riau tergantung pada beras dari luar," tuturnya lagi.
Sementara di sisi lain produksi sagu Riau mencapai 246.000 ton per tahun terbesar secara nasional, yang dihasilkan dari lahan seluas 87.000 hektare, tersebar di Kabupaten Kepulauan Meranti, Indragiri Hilir dan Kabupaten Bengkalis.
Karena itu sambungnya, kini Riau sedang berupaya mensosialisasikan dan melakukan seminar pangan sagu.
"Kita punya sagu yang bisa menggantikan karbohidat beras. Upaya diversifikasi tetap kita lakukan di pacu terus termasuk umbi-umbian," ucapnya pula.
Sagu juga baik untuk orang usia lanjut yang rawan terjangkit penyakit diabetes atau gula karena sagu bisa menekan kadar gula darah.
"Saya saja sudah membiasakan mengkonsumsi sagu pengganti beras guna menekan kadar gula darah," ujarnya mencontohkan manfaat sagu.
Selain itu sebut dia kedepan pihaknya akan menciptakan bentuk pangan sagu dan umbi-umbian yang lebih baik kemasannya dan sudah dipadukan dengan protein sehingga konsumen bisa mendapatkan produk jadi berkualitas.
"Kita sedang melakukan penelitian bagaimana olahan sagu dan umbi-umbian dihasilkan sudah dalam bentuk bahan dasar karbohidrat yang mengandung protein dan vitamin, tunggu saja hasilnya," sebutnya membeberkan.
Ia menambahkan kini 10 persen masyarakat Riau sudah mengenal produk sagu, tahun depan 25 persen ditargetkan warga kenal sagu.
"Contoh ada 32 warung di Riau kini yang menjajakan me sagu dan aneka produknya, kafe-kafe sekarang juga menjajakan dan pelanggan mulai meminta sajian itu," tambahnya.
Pewarta: Fazar Muhardi/Vera Lusiana
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: