Istanbul (ANTARA News) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Kamis (23/03) waktu setempat, mendesak Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk mencabut larangan penggunaan laptop dan komputer tablet di pesawat untuk penerbangan dari berbagai bandara di Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk Istanbul.
"Saya berharap negara-negara ini, yakni Amerika Serikat dan Inggris, akan meninjau keputusan ini dan mencabutnya sesegera mungkin," ujar Erdogan dalam wawancara di televisi, yang dilansir AFP.
Washington memutuskan melarang perangkat elektronik berukuran lebih besar daripada ponsel dalam penerbangan langsung ke AS melalui 10 bandara di tujuh negara Timur Tengah plus Turki.
(Baca juga: AS larang penumpang pesawat dari 13 negara Timur Tengah bawa perangkat ini)
Inggris menggambil langkah serupa dengan menjatuhkan larangan bagi lima negara Timur Tengah dan Afrika utara serta Turki.
Pelarangan laptop dan berbagai perangkat elektronik lain di pesawat secara teori mengurangi risiko penyalahgunaan perangkat-perangkat tersebut untuk menyembunyikan bom karena alat pemindai biasanya lebih canggih.
Larangan yang diberlakukan oleh AS berdampak terhadap sekitar 50 penerbangan per hari dari sembilan maskapai yakni Royal Jordanian, EgyptAir, Turkish Airlines, Saudia, Kuwait Airways, Royal Air Maroc, Qatar Airways, Emirates dan Etihad Airways.
Sementara itu, larangan oleh otoritas Inggris berlaku bagi 14 maskapai yakni British Airways, EasyJet, Jet2.com, Monarch, Thomas Cook, Thomson, Turkish Airlines, Pegasus Airways, Atlas-Global Airlines, Middle East Airlines, Egyptair, Royal Jordanian, Tunis Air dan Saudia.
(Baca juga: Timur Tengah kesal AS larang gawai di pesawat)
Turki desak pencabutan larangan laptop di pesawat
24 Maret 2017 11:55 WIB
Foto ilustrasi penggunaan laptop oleh penumpang pesawat terbang. (Reuters)
Penerjemah: Monalisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: