Sambut Hari Air dan Earth Hour, Sharp soroti energi alternatif
23 Maret 2017 20:18 WIB
PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) kembali menggerakan aksi anggota komunitas Sharp Greenerator untuk melestarikan lingkungan di Hutan Kota Sangga Buana. (SEID)
Jakarta (ANTARA News) - Bertepatan dengan Hari Air Sedunia yang diperingati setiap 22 Maret serta menyambut Earth Hour di tanggal 25 Maret, PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) kembali menggerakan aksi anggota komunitas Sharp Greenerator untuk melestarikan lingkungan di Hutan Kota Sangga Buana.
Difasilitasi oleh WWF-Indonesia, komunitas ini akan belajar mengenai pemanfaatan sumber energi alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti energi yang berasal dari minyak bumi yang kian hari kian menipis.
"Pengetahuan anak muda mengenai alam dan lingkungan tidak cukup dibekali melalui pelajaran di sekolah, mereka perlu terjun langsung untuk melihat kondisi dan belajar dari para ahli di bidangnya agar mampu memahami dan mengamati prosesnya," kata Branding Strategy Group General Manager PT SEID Haruhiko Sano melalui keterangan tertulis.
Seluruh peserta yang berasal dari beragam sekolah di Bogor dan sekitarnya, serta organisasi nirlaba lingkungan hidup seperti World Wide Fund (WWF) Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Transformasi Hijau (Trashi), Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi), dan Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation akan dibekali beragam informasi penting dan menarik mengenai perubahan iklim dan energi, pemanfaatan sampah, air dan sinar matahari sebagai sumber energi alternatif serta melakukan penelitian dan pengujian kualitas air di sungai pesanggrahan.
Sebelum ditata menjadi sebuah lahan konservasi, Hutan Sangga Buana merupakan tempat pembuangan sampah bagi masyarakat sekitar, sehingga kondisi Kali Pesanggarahan beberapa tahun silam terlihat menyedihkan karena timbunan sampah dan warna air yang pekat mendekati hitam.
"Dengan penyusuran ini, peserta dapat mencerna informasi seputar kondisi sungai dan jenis bambu sebagai penetralisir tanah, manfaat hutan kota, dan bagaimana relevansi ketiganya untuk kehidupan," kata Sano.
Selain melestarikan alam, kata dia, peserta juga dipupuk rasa cinta dan syukurnya terhadap alam melalui Pos Sedekah Alam untuk melepaskan bibit ikan ke sungai dan menanam pohon di sekitar Hutan Kota Sangga Buana.
Hutan kota Sangga Buana merupakan cikal bakal hutan kota di Jakarta, menempati area seluas 120 hektar, sekitar 30 tahun lalu, area bantaran sungai pesanggrahan ini sangat memprihatinkan.
Dengan tingginya andil anak muda terutama dengan adanya komunitas SHARP Greenerator hingga generasi kedua, SHARP berharap generasi muda akan semakin menghargai energi yang ada dengan menggunakannya secara efisien, mampu mengedukasi teman-teman di lingkungannya, bahkan menciptakan inovasi-inovasi baru yang ramah lingkungan dengan energi terbarukan.
Difasilitasi oleh WWF-Indonesia, komunitas ini akan belajar mengenai pemanfaatan sumber energi alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti energi yang berasal dari minyak bumi yang kian hari kian menipis.
"Pengetahuan anak muda mengenai alam dan lingkungan tidak cukup dibekali melalui pelajaran di sekolah, mereka perlu terjun langsung untuk melihat kondisi dan belajar dari para ahli di bidangnya agar mampu memahami dan mengamati prosesnya," kata Branding Strategy Group General Manager PT SEID Haruhiko Sano melalui keterangan tertulis.
Seluruh peserta yang berasal dari beragam sekolah di Bogor dan sekitarnya, serta organisasi nirlaba lingkungan hidup seperti World Wide Fund (WWF) Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Transformasi Hijau (Trashi), Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi), dan Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation akan dibekali beragam informasi penting dan menarik mengenai perubahan iklim dan energi, pemanfaatan sampah, air dan sinar matahari sebagai sumber energi alternatif serta melakukan penelitian dan pengujian kualitas air di sungai pesanggrahan.
Sebelum ditata menjadi sebuah lahan konservasi, Hutan Sangga Buana merupakan tempat pembuangan sampah bagi masyarakat sekitar, sehingga kondisi Kali Pesanggarahan beberapa tahun silam terlihat menyedihkan karena timbunan sampah dan warna air yang pekat mendekati hitam.
"Dengan penyusuran ini, peserta dapat mencerna informasi seputar kondisi sungai dan jenis bambu sebagai penetralisir tanah, manfaat hutan kota, dan bagaimana relevansi ketiganya untuk kehidupan," kata Sano.
Selain melestarikan alam, kata dia, peserta juga dipupuk rasa cinta dan syukurnya terhadap alam melalui Pos Sedekah Alam untuk melepaskan bibit ikan ke sungai dan menanam pohon di sekitar Hutan Kota Sangga Buana.
Hutan kota Sangga Buana merupakan cikal bakal hutan kota di Jakarta, menempati area seluas 120 hektar, sekitar 30 tahun lalu, area bantaran sungai pesanggrahan ini sangat memprihatinkan.
Dengan tingginya andil anak muda terutama dengan adanya komunitas SHARP Greenerator hingga generasi kedua, SHARP berharap generasi muda akan semakin menghargai energi yang ada dengan menggunakannya secara efisien, mampu mengedukasi teman-teman di lingkungannya, bahkan menciptakan inovasi-inovasi baru yang ramah lingkungan dengan energi terbarukan.
Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017
Tags: