Rupiah kamis pagi menguat 16 poin
23 Maret 2017 10:54 WIB
Petugas menunjukkan uang dolar US dan uang rupiah di tempat penukaran uang di kantor PT Valuta Inti Prima, Jakarta, Jumat (11/11/2016). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak menguat 16 poin menjadi Rp13.313, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.329 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa sentimen positif bagi pergerakan mata uang rupiah masih terjaga di tengah harapan kenaikan peringkat utang oleh Standard & Poors (S&P) ke level layak investasi.
"S&P mengunjungi Indonesia, situasi itu membuka harapan bagi ruang penguatan rupiah terhadap dolar AS kembali tersedia," kata Rangga Cipta.
Di sisi lain, lanjut dia, dolar AS mengalami koreksi merespon buruknya data perumahan di Amerika Serikat serta antisipasi pasar terhadap kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump mengenai kelanjutan rencana pengurangan pajak.
Sementara itu, analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa laju kenaikan suku bunga di Amerika Serikat tahun ini yang diperkirakan tidak terlalu agresif turut menjadi salah satu faktor yang menahan laju dolar AS..
Lukman Leong mengemukakan bahwa Bank Sentral AS atau The Fed diproyeksikan menaikkan suku bunga acunnya menjadi sekitar 1,4 persen pada akhir 2017, tidak berubah dari perkiraan semula.
"Kenaikan yang tidak terlalu agresif kembali memunculkan minat investor untuk masuk ke pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia sehingga meningkatkan mata uangnya," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa sentimen positif bagi pergerakan mata uang rupiah masih terjaga di tengah harapan kenaikan peringkat utang oleh Standard & Poors (S&P) ke level layak investasi.
"S&P mengunjungi Indonesia, situasi itu membuka harapan bagi ruang penguatan rupiah terhadap dolar AS kembali tersedia," kata Rangga Cipta.
Di sisi lain, lanjut dia, dolar AS mengalami koreksi merespon buruknya data perumahan di Amerika Serikat serta antisipasi pasar terhadap kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump mengenai kelanjutan rencana pengurangan pajak.
Sementara itu, analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa laju kenaikan suku bunga di Amerika Serikat tahun ini yang diperkirakan tidak terlalu agresif turut menjadi salah satu faktor yang menahan laju dolar AS..
Lukman Leong mengemukakan bahwa Bank Sentral AS atau The Fed diproyeksikan menaikkan suku bunga acunnya menjadi sekitar 1,4 persen pada akhir 2017, tidak berubah dari perkiraan semula.
"Kenaikan yang tidak terlalu agresif kembali memunculkan minat investor untuk masuk ke pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia sehingga meningkatkan mata uangnya," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: