Jakarta (ANTARA News) - Penyair Sapardi Djoko Damono menunjukkan sisi humorisnya dalam perbincangan mengundang gelak tawa pada perayaan ulang tahun ke-77 dia di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (22/3) malam.




Ketika sastrawan yang sejak lima dekade silam telah menerbitkan sederetan karya puisi, esai, dan fiksi itu ditanya tentang karya yang paling ia sukai, ia berseloroh, "Yang belum saya tulis."


Jawaban itu membuat para penggemar serta sahabat-sahabat sang penyair yang mengisi ruangan sontak tertawa.




Pria kelahiran 20 Maret 1940 itu juga membaca pesan-pesan mengenai ulang tahunnya di akun media sosial miliknya, Twitter @SapardiDD.




"Ada yang bilang moga-moga sampai lagi ke angka rangkap dua, berarti 88 tahun. Saya deg-degan, gimana nanti? Sekarang saja susah," kata Sapardi, kembali disambut riuh tawa penonton.







Sastrawan yang mengaku tidak pernah mengalami kebuntuan menulis itu kembali menunjukkan sisi humoris saat menyampaikan kiat menulis.


Menurut Sapardi, seseorang harus mengosongkan pikiran dari emosi-emosi sebelum menulis puisi. Baik itu perasaan jatuh cinta atau kemarahan.


"Kalau sedang kelepek-kelepek jatuh cinta, kita nulis, yang keluar kata-kata cengeng dan jijikin," ujar peraih SEA-WRITE AWARD dari Thailand pada 1986 itu.




Ia kembali bergurau, "Kalau marah nulis sajak, isi setiap kalimat ada tanda seru. Yang baca kan susah kalau semua tanda seru. Kalau marah demo saja, enggak usah berpuisi."


Perayaan 77 tahun Sapardi menjadi diluncurkan tujuh buku yang terdiri atas enam buku puisi dan satu novel.

Buku puisinya meliputi "Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?", "Ayat-ayat Api", "Duka-Mu Abadi", "Kolam", "Namaku Sita", "Sutradara itu Menghapus Dialog Kita", sementara novelnya berjudul "Pingkan Melipat Jarak", novel kedua dari trilogi Hujan Bulan Juni.