Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Selasa, menyatakan untuk tahun yang berakhir Desember 2006 lalu otoritas moneter itu berhasil membukukan surplus sebesar Rp31,01 triliun, atau meningkat 91,90 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya Rp16,16 triliun. Laporan keuangan tahunan BI memperlihatkan pertumbuhan surplus yang signifikan tersebut merupakan kontribusi dari penerimaan luar biasa, karena jumlah penerimaan BI periode itu justru menurun, sedangkan jumlah pengeluarannya malah meningkat. Jumlah penerimaan BI pada 2006 hanya Rp31,26 triliun, turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp40,70 triliun, terutama akibat berkurangnya penerimaan dari pengelolaan moneter, yakni dari Rp39,87 triliun menjadi Rp22,61 triliun. Di sisi lain, jumlah pengeluaran BI pada periode ini justru meningkat dari semula Rp24,54 triliun menjadi Rp38,19 triliun, terutama disebabkan membengkaknya beban pengendalian moneter dari Rp16,84 triliun menjadi Rp32,99 triliun. Akibat pengeluaran yang lebih besar daripada peneerimaan tersebut, BI pada 2006 mengalami defisit sebelum pos luar biasa Rp6,92 triliun, dibandingkan 2006 yang mengalami surplus sebelum pos luar biasa sebesar Rp16,16 triliun. Tetapi pada 2006 BI memiliki penerimaan luar biasa sebesar Rp37,93 triliun, sehingga secara keseluruhan masih membukukan surplus Rp31,01 triliun. Per 31 Desember 2006, jumlah kewajiban BI terlihat meningkat menjadi Rp674,90 triliun dari periode sama 2005 sebesar Rp565,19 triliun, terutama didorong oleh meningkatnya surat utang yang diterbitkan dari Rp131,44 triliun menjadi Rp250,25 triliun. Sementara jumlah ekuitasnya, dalam periode yang sama, menyusut dari semula Rp130,23 triliun menjadi Rp97,16 triliun, terutama akibat tidak adanya hasil indeksasi surat utang pemerintah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp57,07 triliun. Namun jumlah harta BI pada 2006 terlihat meningkat menjadi Rp772,07 triliun dibanding 2005 sebesar Rp695,42 triliun. Harta BI pada akhir 2006 antara lain terdiri dari surat berharga Rp400,93 triliun, tagihan Rp315,82 triliun, deposito Rp51,91 triliun, emas Rp13,46 triliun, giro Rp11,92 trilioun dan aktiva lain-lain Rp8,22 triliun. (*)