Pemerintahkan isyarakatkan holding BUMN untuk kuasai Freeport
22 Maret 2017 14:00 WIB
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Kemandirian Rakyat (Serikat) melakukan long mars saat berunjuk rasa di Jembatan Layang, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (9/3/2017). Dalam aksi tersebut mereka mendesak pemerintah untuk segera menasonalisasi PT Freeport. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengisyaratkan holding BUMN Pertambangan yang segera terbentuk pada 2017 dapat mengambilalih saham divestasi hingga 51 persen Freeport Indonesia, dari yang sudah dikuasai saat ini sebesar 9,36 persen.
"Holding BUMN Tambang bisa menjadi pintu masuk menjadi mayoritas di Freeport. Pemerintah sedang berupaya menuntaskan holding tambang yang menyatukan empat BUMN yaitu PT Inalum (Persero), PT Antam Tbk (Persero), PT Bukit Asam Tbk (Persero), PT Timah Tbk (Persero)," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius K. Ro, di Jakarta, Rabu.
Menurut Aloysius, PT Inalum yang disiapkan sebagai induk holding BUMN sedang menunggu Peraturan Pemerintah (PP) inbreng, sebagai payung hukum karena tiga perusahaan yang masuk di holding yaitu Antam, Timah dan Bukit Asam merupakan perusahaan publik.
Sebelumnya sudah terbit PP No. 72/2016 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Fajar Harry Sampurno mengatakan, tujuan utama pembentukan Holding Tambang BUMN adalah membentuk perusahaan tambang yang besar, kuat dan lincah.
Dengan begitu Holding BUMN Tambang mempunyai daya saing yang kuat dalam berhadapan dengan dominasi swasta nasional dan asing yang fokus pada kegiatan-kegiatan pengembangan sumber energi, peningkatan nilai tambah mineral dan investais berkelanjutan.
Strategi pembentukan holding ditambahkan Harry, adalah untuk menguasai cadangan dan sumber daya mineral di Indonesia, hilirisasi produk dan kandungan lokal, dan menjadi perusahaan kelas dunia.
"Dalam pembelian saham divestasi Freeport, Pemerintah Pusat menjadi urutan pertama, kemudian Pemda dan BUMN. Kalau ditujuk Pemerintah maka BUMN siap mengeksekusi bertahap hingga sampai 51 persen," tutur Harry.
Ia menambahkan, sejauh ini Kementerian BUMN sudah menyampaikan surat pernyataan berminat untuk mengambilalih saham divestasi Freeport kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian ESDM.
Selanjutnya, kedua kementerian tersebut sudah menjawab dan menyerahkan surat tanda persetujuan kepada Kementerian BUMN untuk menindaklanjuti rencana masuk ke Freeport untuk memperbesar kepemilikan saham.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikit mengatakan, dari sisi pendanaan, Holding BUMN Tambang akan lebih siap untuk menggalang kekuatan finansial.
"Selain ekuitas dari masing-masing BUMN, tentu bisa juga diupayakan dari pinjaman. Dengan holding kapasitas dan struktur permodalan serta tingkat leverage perusahaan semakin besar," ujar Budi.
"Holding BUMN Tambang bisa menjadi pintu masuk menjadi mayoritas di Freeport. Pemerintah sedang berupaya menuntaskan holding tambang yang menyatukan empat BUMN yaitu PT Inalum (Persero), PT Antam Tbk (Persero), PT Bukit Asam Tbk (Persero), PT Timah Tbk (Persero)," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius K. Ro, di Jakarta, Rabu.
Menurut Aloysius, PT Inalum yang disiapkan sebagai induk holding BUMN sedang menunggu Peraturan Pemerintah (PP) inbreng, sebagai payung hukum karena tiga perusahaan yang masuk di holding yaitu Antam, Timah dan Bukit Asam merupakan perusahaan publik.
Sebelumnya sudah terbit PP No. 72/2016 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Fajar Harry Sampurno mengatakan, tujuan utama pembentukan Holding Tambang BUMN adalah membentuk perusahaan tambang yang besar, kuat dan lincah.
Dengan begitu Holding BUMN Tambang mempunyai daya saing yang kuat dalam berhadapan dengan dominasi swasta nasional dan asing yang fokus pada kegiatan-kegiatan pengembangan sumber energi, peningkatan nilai tambah mineral dan investais berkelanjutan.
Strategi pembentukan holding ditambahkan Harry, adalah untuk menguasai cadangan dan sumber daya mineral di Indonesia, hilirisasi produk dan kandungan lokal, dan menjadi perusahaan kelas dunia.
"Dalam pembelian saham divestasi Freeport, Pemerintah Pusat menjadi urutan pertama, kemudian Pemda dan BUMN. Kalau ditujuk Pemerintah maka BUMN siap mengeksekusi bertahap hingga sampai 51 persen," tutur Harry.
Ia menambahkan, sejauh ini Kementerian BUMN sudah menyampaikan surat pernyataan berminat untuk mengambilalih saham divestasi Freeport kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian ESDM.
Selanjutnya, kedua kementerian tersebut sudah menjawab dan menyerahkan surat tanda persetujuan kepada Kementerian BUMN untuk menindaklanjuti rencana masuk ke Freeport untuk memperbesar kepemilikan saham.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikit mengatakan, dari sisi pendanaan, Holding BUMN Tambang akan lebih siap untuk menggalang kekuatan finansial.
"Selain ekuitas dari masing-masing BUMN, tentu bisa juga diupayakan dari pinjaman. Dengan holding kapasitas dan struktur permodalan serta tingkat leverage perusahaan semakin besar," ujar Budi.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: