Karimun, Kepulauan Riau (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan melakukan penamaan kapal unit produksi terapung (floating production unit/FPU) Jangkrik yang menandakan gas dari Blok Muara Bakau segera berproduksi.

"Ukuran FPU Jangkrik ini 46x192 meter. Ini merupakan FPU terbesar yg dikonstruksi, dibangun dan di-ansembling pertama di Indonesia dan segera dioperasikan paling lambat Mei 2017," kata Menteri Jonan pada acara Upacara Penamaan Kapal FPU Jangkrik di Saipem Karimun Yard, Tanjung Balai, Kepulauan Riau, Selasa.

Produksi gas pertama dari Lapangan Jangkrik ditargetkan pertengahan 2017 atau lebih cepat dari perkiraan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2015-2018, yaitu produksi pertama pada 2018.

Kapal FPU Jangkrik akan beroperasi di Blok Muara Bakau yang berlokasi di Cekungan Kutei, lepas pantai Selat Makassar, yakni sekitar 70 km dari garis pantai Kalimantan Timur.

Kapal tersebut dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).

Sebanyak 10 sumur produksi gas bawah laut yang telah dikompresi dan siap untuk diproduksikan akan dihubungkan dengan FPU yang kemudian mengolah dan menyalurkan gas menggunakan pipa bawah laut sepanjang 79 km.

Selanjutnya gas akan disalurkan ke darat yaitu ke dalam jaringan produsen gas Kalimantan Timur dan berakhir pada pemakai dalam negeri di Kalimantan Timur dan kilang LNG Bontang.

Baca juga: (Jonan ajak produsen otomotif beralih ke gas)

FPU Jangkrik juga berfungsi sebagai penyulingan dan menstabilkan kondensat serta menyalurkannya ke darat melalui jaringan distribusi setempat dan berakhir di kilang kondensat Senipah.

Lebih dari 50 persen produksi Lapangan Jangkrik akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik sehingga diharapkan memberi kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi nasional dan pembangunan ekonomi.

Blok Muara Bakau dioperatori oleh ENI Muara Bakau B.V sejak 2002 dengan kepemilikan saham sebanyak 55 persen dan mitranya Engie E&P sebesar 33,3 persen serta PT Saka Energi Muara Bakau sebesar 11,7 persen.

Penemuan gas pertama didapatkan pada 2009 pada garis sumur Jangkrik-1. Di blok yang sama sekitar 20 km di sebelah timur laut Lapangan Jangkrik, ditemukan lapangan Jangkrik North East pada 2011.

Rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) lapangan Jangkrik disetujui pemerintah Indonesia pada 2011, sedangkan Jangkrik North East tahun 2013.

Persetujuan PoD Jangkrik North East mencantumkan integrasi dengan pengembangan lapangan Jangkrik dalam satu proyek tunggal yang dinamakan Proyek Jangkrik.

Sejumlah pejabat yang turut hadir dalam acara tersebut, antara lain Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi dan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja serta Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun.

Baca juga: (Archandra nilai Indonesia lebih sering produksi ketimbang temukan minyak)