Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat 24 poin menjadi Rp13.290 per dolar AS.

"Rupiah menguat terdorong tren pelemahan dolar AS di pasar global," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta.

Aliran dana yang masuk ke pasar dari surat utang negara (SUN), menurut dia, juga masih cukup kuat sehingga menopang nilai rupiah terhadap dolar AS.

"Walaupun belum ada konfirmasi resmi dari lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P), harapan kenaikan peringkat utang menjadi layak investasi saat ini sangat kuat, sehingga meningkatkan daya tarik aset berdenominasi rupiah," katanya.

Optimisme itu, ia menjelaskan, membuka ruang penguatan rupiah meski harga komoditas yang cenderung terganggu oleh harga minyak mentah dunia, yang di bawah level 50 dolar AS per barel, membayangi.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pemerintah Amerika Serikat dalam pertemuan G-20 tetap kukuh dengan kebijakan proteksionisme, dan itu direspons negatif oleh pelaku pasar karena dinilai akan menghambat laju ekonomi Amerika Serikat.

"Pergerakan dolar AS cenderung melemah setelah pertemuan G-20 tersebut. Tentu saja kondisi tersebut membuat rupiah untuk kembali menguat," katanya.

Namun menurut dia potensi rupiah melanjutkan penguatan masih terbuka karena fundamental ekonomi domestik masih cukup kuat, dan Bank Indonesia masih optimistis dengan pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini.