Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian siap memasok kebutuhan industri tenaga kerja kompeten yang salah satunya melalui lulusan program pendidikan vokasi, mengingat sumber daya manusia terampil menjadi faktor penting meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor manufaktur, selain modal dan teknologi.




“Apalagi pemerintah tengah memacu investasi di sektor industri agar dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Apabila, investasi ini terealisasi, maka diperlukan tenaga kerja untuk pembangunan dan proses produksinya,” kata Plt. Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar dalam diskusi di Jakarta, Jumat.




Berdasarkan instruksi Presiden Joko Widodo, kata dia, pemerataan industri harus tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, sehingga Kemenperin memfasilitasi pengembangan kawasan industri di luar pulau Jawa.




“Namun permasalahannya adalah ketika pabrik itu dibangun di remote area, karena terbatas dengan infrastruktur dan susah mendapatkan tenaga kerja kompeten,” ungkapnya.




Sebagai contoh, di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah, yang kini menjadi pusat industri smelter berbasis nikel, di awal pembangunannya sangat sulit mencari tenaga kerja dari masyarakat sekitar yang mampu mengoperasikan peralatan dan teknologi yang dibawa oleh investor Tiongkok.




“Pada proses perekrutan dahulu, masyarakat di sana lebih banyak yang cocok jadi security,” ujar Haris.




Akhirnya, perusahaan-perusahaan tersebut membawa pekerja ahli dari negara asalnya untuk membagi pengetahuan melalui pelatihan dan pendampingan kepada tenaga kerja lokal.




“Mereka di Indonesia hanya sementara untuk menyelesaikan masa konstruksi,” tegas Haris. Oleh karena itu, Kemenperin telah membangun Politeknik Industri Logam Morowali untuk mencetak SDM sesuai permintaan industri.




Berdasarkan perhitungan Kemenperin, dengan rata-rata pertumbuhan industri sekitar 5-6 persen per tahun, dibutuhkan lebih dari 500-600 ribu tenaga kerja baru per tahun.




“Kami menargetkan dapat menghasilkan pekerja kompeten yang tersertifikasi sebanyak 220 ribu orang di tahun 2017. Setidaknya kami berkontribusi separuhnya dari kebutuhan industri melalui pendidikan vokasi,” papar Haris.




Sementara itu, merujuk data BPS, total tenaga kerja berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada tahun 2016 lebih dari 120 juta orang, di mana yang bekerja di sektor industri sebanyak 15,9 juta orang. Pada tahun 2017, jumlah tenaga kerja sektor industri diproyeksikan mencapai 16,3 juta orang.




Untuk mencapai sasaran dalam menciptakan SDM industri yang kompeten, terdapat empat program strategis yang sedang dijalankan Kemenperin, yakni melalui pembinaan dan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang link and match dengan industri.




Selanjutnya, pelaksanaan Diklat 3in1 (pelatihan-sertifikasi-penempatan kerja), pemagangan industri, serta sertifikasi kompetensi. Kegiatan-kegiatan tersebut sejalan dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2015 tentang Pembangunan Sumber Daya Industri.





Unit Pendidikan Kemenperin




Haris memastikan, unit-unit pendidikan di lingkungan Kemenperin selama ini telah menerapkan sistem pembelajaran yang berbasis kompetensi. Para lulusannya hampir semua terserap di dunia kerja.




“Kami sudah teruji dan terbukti. Makanya kami mendapatkan tugas dari Bapak Presiden untuk menjadi role model dalam pelaksanaan pendidikan vokasi yang link and match dengan industri,” tuturnya.




Hal senada disampaikan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri, Mujiyono, bahwa seluruh SMK di bawah binaan Kemenperin memiliki spesialisasi, berbasis kompetensi serta link and match dengan industri. Selain itu, didukung dengan sarana dan prasarana yang lengkap dan modern.




“Misalnya, ada ruang workshop, laboratorium dan pabrik mini atau teaching factory,” ujarnya.




Saat ini, Kemenperin memiliki sembilan SMK, antara lain di Banda Aceh dengan spesialisasi pengolahan produk berbasis kelapa sawit, Bandar Lampung spesialisasi pengolahan karet dan singkong, Yogyakarta spesialisasi proses produksi minyak atsiri, Pontianak spesialisasi teknik mesin dan kimia, serta Makassar spesialisasi pengolahan kakao.




“Semua SMK kami tersertifikasi kompetensi, bahkan sudah ada yang go international,” ungkap Mujiyono.




Kemudian, terdapat sembilan Politeknik dan satu Akademi Komunitas dengan beragam spesialisasi pendidikan, di antaranya berbasis teknologi industri pangan, komponen kendaraan, kimia, produk kulit, tekstil, dan pengolahan logam.




“Di Politeknik STTT Bandung akan dibuka program S2 untuk tekstil. Tahun ini akan dibangun Politeknik khusus furniture di Kendal, Jawa tengah dan Akademi Komunitas Industri Logam di Bantaeng, Sulawesi Selatan,” imbuhnya.




Menurut Mujiyono, ke depannya, Politeknik dan Akademi Komunitas akan didirikan mendekati kawasan industri karena untuk memudahkan proses penyerapan tenaga kerjanya.




“Kami juga mengembangkan spesialisasinya sesuai kawasan industri tersebut. Misalnya, tahun 2018, Politeknik khusus minyak sawit akan dibangun di kawasan industri Dumai, Riau dan Politeknik khusus baja di kawasan industri Batulicin, Kalimantan Selatan,” sebutnya.




Lebih lanjut, Kemenperin melaksanakan program Diklat 3in1 (pelatihan-sertifikasi-penempatan kerja) di seluruh Balai Diklatnya. Periode tahun 2014-2016, jumlah lulusannya sebanyak 37.334 orang. Pada 2017, ditargetkan sebanyak 22 ribu tenaga kerja kompeten dapat disediakan melalui program diklat dengan sistem 3in1 tersebut.




Mujiyono juga menjelaskan, Kemenperin telah meluncurkan Program Pendidikan Vokasi Industri (link and match SMK dengan industri) Wilayah Provinsi Jawa Timur.




Langkah ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing SDM Indonesia. Dalam Inpres tersebut, tugas Kemenperin, antara lain memfasilitasi program praktek kerja lapangan dan pemagangan industri.




Pada tahap pertama, di peluncuran program pendidikan vokasi industri tersebut, telah dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama antara 49 perusahaan industri dengan 234 SMK di Provinsi Jawa Timur. Hingga tahun 2019, sasarannya adalah sebanyak 1.775 SMK meliputi 845.000 siswa untuk dikerjasamakan kepada 355 perusahaan industri.




Pada bulan Maret 2017, akan diluncurkan kembali program pendidikan vokasi industri untuk wilayah jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Ditargetkan, akan dilakukan kerja sama antara 250 SMK dengan 50 industri.




”Minimal satu industri dapat menggandeng lima SMK,” kata Mujiyono.