Kisah enam startup Indonesia belajar di kampus Google AS
16 Maret 2017 18:59 WIB
Enam startup Indonesia kembali dari program Launchpad Accelator Google di San Francisco, AS. Dari kiri ke kanan adalah perwakilan startup Picmix, Ruma, Jurnal, iGrow, Qlue dan Snapcart bersama mentor Borrys Hasan dalam temu media di Jakarta, Kamis (16/3/2017). (ANTARA News/ Arindra Meodia)
Jakarta (ANTARA News) - Enam startup Indonesia baru saja pulang dari San Francisco, Amerika Serikat, setelah mengikuti program pelatihan khusus enterpreneur Launchpad Accelerator Google selama dua minggu.
Keenam startup tersebut merupakan angkatan ketiga dari program yang memberikan pelatihan bebas biaya selama dua minggu di Kantor Pusat Google, enam bulan bimbingan oleh para mentor dan ahli industri teknologi dan pendanaan tanpa ekuitas sejumlah 50.000 dolar AS itu.
"Hal yang paling berharga adalah interaksi dengan mentor karena yang dilakukan Google benar-benar spesifik pada apa yang kita butuhkan," kata Reynazran Royono, founder dan CEO Snapcart dalam temu media di Jakarta, Kamis.
Pembelajaran juga didapat oleh CEO sekaligus founder Ruma, Aldi Haryotopratomo, untuk membuat teknologi yang tidak hanya efisien tetapi juga dapat membuat orang lebih kuat dan bahagia, serta saling membantu.
Mengikuti pelatihan di Launchpad Space, juga membuka peluang ekspansi bagi iGrow. CEO dan co-founder iGrow Andreas Senjaya mengaku mendapat berbagi informasi dengan startup lain dari luar Indonesia.
"Tanya bagaimana ekosistem di Brazil ternyata ada prospek di sana, bisa berkolaborasi dengan startup di sana. Kolaborasi startup ini menciptakan progress bukan hanya untuk startup di negara kita tapi juga global," kata dia.
Co-founder, Head of Strategy and Product PicMix, Sandy Colondam juga mengatakan bahwa Launchpad Accelerator dapat membantu PicMix untuk mengetahui keinginan pasar India untuk mengembangkan produknya.
Perubahan yang Didapat
Tidak hanya membuka peluang untuk melebarkan bisnis, Launchpad Accelerator juga membawa perubahan bagi iGrow, salah satunya OKR Google (Objectives and Key Results) yang menurut dia dapat meningkatkan rate sampai investasi.
"Dulu memutuskan sesuatu berdasarkan instinct sekarang dari tools monitoring views bisa melihat demografi yang ternyata bervariasi dan dapat dijadikan strategi yang runut," ujar Andreas.
Perubahan juga dialami Chief Technology Officer Qlue Andhika Adhitama di mana dia bersama tim belajar menciptakan budaya dalam membangun lingkungan untuk mengejar misi perusahaan.
"Berkat ini bisa akses ke mentor mengobrol bersama teman-teman sesama startup, banyak perubahan yang membawa lebih baik. Setelah dari sana teamwork lebih kuat, bisa menerapkan teknologi yang kami tahu sebelumnya," ujar dia.
Setelah pelatihan dua minggu, Reynazran mengatakan startup Snapcart juga mendapat kesempatan untuk mengembangkan desain UX dan UI yang dapat dia terapkan.
Program Launchpad Accelerator Google juga mengubah cara pandang CEO Jurnal Daniel Witono dalam menjalankan bisnis. Pelatihan tersebut menyempurnakan gaya manajemennya.
"Kami menerapkan diversity dalam perusahaan, misalnya developer dan desainer dicampur menjadi sebuah tim, sehingga dalam satu tim bisa melihat masalah dari beberapa angle," kata Daniel.
Keenam startup tersebut merupakan angkatan ketiga dari program yang memberikan pelatihan bebas biaya selama dua minggu di Kantor Pusat Google, enam bulan bimbingan oleh para mentor dan ahli industri teknologi dan pendanaan tanpa ekuitas sejumlah 50.000 dolar AS itu.
"Hal yang paling berharga adalah interaksi dengan mentor karena yang dilakukan Google benar-benar spesifik pada apa yang kita butuhkan," kata Reynazran Royono, founder dan CEO Snapcart dalam temu media di Jakarta, Kamis.
Pembelajaran juga didapat oleh CEO sekaligus founder Ruma, Aldi Haryotopratomo, untuk membuat teknologi yang tidak hanya efisien tetapi juga dapat membuat orang lebih kuat dan bahagia, serta saling membantu.
Mengikuti pelatihan di Launchpad Space, juga membuka peluang ekspansi bagi iGrow. CEO dan co-founder iGrow Andreas Senjaya mengaku mendapat berbagi informasi dengan startup lain dari luar Indonesia.
"Tanya bagaimana ekosistem di Brazil ternyata ada prospek di sana, bisa berkolaborasi dengan startup di sana. Kolaborasi startup ini menciptakan progress bukan hanya untuk startup di negara kita tapi juga global," kata dia.
Co-founder, Head of Strategy and Product PicMix, Sandy Colondam juga mengatakan bahwa Launchpad Accelerator dapat membantu PicMix untuk mengetahui keinginan pasar India untuk mengembangkan produknya.
Perubahan yang Didapat
Tidak hanya membuka peluang untuk melebarkan bisnis, Launchpad Accelerator juga membawa perubahan bagi iGrow, salah satunya OKR Google (Objectives and Key Results) yang menurut dia dapat meningkatkan rate sampai investasi.
"Dulu memutuskan sesuatu berdasarkan instinct sekarang dari tools monitoring views bisa melihat demografi yang ternyata bervariasi dan dapat dijadikan strategi yang runut," ujar Andreas.
Perubahan juga dialami Chief Technology Officer Qlue Andhika Adhitama di mana dia bersama tim belajar menciptakan budaya dalam membangun lingkungan untuk mengejar misi perusahaan.
"Berkat ini bisa akses ke mentor mengobrol bersama teman-teman sesama startup, banyak perubahan yang membawa lebih baik. Setelah dari sana teamwork lebih kuat, bisa menerapkan teknologi yang kami tahu sebelumnya," ujar dia.
Setelah pelatihan dua minggu, Reynazran mengatakan startup Snapcart juga mendapat kesempatan untuk mengembangkan desain UX dan UI yang dapat dia terapkan.
Program Launchpad Accelerator Google juga mengubah cara pandang CEO Jurnal Daniel Witono dalam menjalankan bisnis. Pelatihan tersebut menyempurnakan gaya manajemennya.
"Kami menerapkan diversity dalam perusahaan, misalnya developer dan desainer dicampur menjadi sebuah tim, sehingga dalam satu tim bisa melihat masalah dari beberapa angle," kata Daniel.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017
Tags: