Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan pasar uang antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat 47 poin menjadi Rp13.317 per dolar AS setelah pada hari sebelumnya berada pada posisi Rp13.364 per dolar AS.

Apresiasi rupiah ini merepresentasikan bahwa pelaku pasar dalam negeri tidak mengkhawatirkan dampak dari kebijakan bank sentral AS (The Federal Reserve) yang menaikkan suku bunga dolar, kata pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova.

"Pasar tidak khawatir keputusan The Fed yang menaikan suku bunganya karena sudah diantisipasi," katanya.

The Fed memutuskan menaikan suku bunga acuannya dalam pertemuan FOMC yang berlangsung pada 14-15 Maret sebesar 0,25 basis poin ke posisi 0,75-1 persen.

Ia menambahkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang cukup kuat juga turut menopang mata uang rupiah, hal itu terlihat dari beberapa data ekonomi yang mencatatkan hasil positif.

"Kendati demikian, pelaku pasar diharapkan tetap waspada karena pelaku pasar dengan orientasi jangka pendek dapat mengambil posisi aksi ambil untung," katanya.

Ekonom-Riset Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy menambahkan bahwa memang kenaikan suku bunga Fed dapat memicu potensi volatilitas pasar keuangan ke depannya, tetapi hal itu hanya akan berlaku sesaat dan terbatas.

"Disamping sudah diantisipasi pelaku pasar, suku bunga riil Indonesia sebagian besar juga masih atraktif dibandingkan dengan pasar AS," katanya.

Di sisi lain, hari ini Bank Indonesia bakal mengumumkan kebijakan suku bunga acuan (BI Rate).

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah berada pada posisi Rp13.336 dibandingkan hari sebelumnya (Rabu, 15/3) Rp13.375 per dolar AS.