Paris (ANTARA News) - Prancis menyatakan bahwa aparat keamanan akan mulai membongkar kamp pengungsi di pesisir utara dekat Pelabuhan Dunkirk sesegera mungkin setelah bentrok terjadi di tempat itu.

Populasi kamp pengungsi Grande-Synthe meroket menjadi sekitar 1.400 hingga 1.500 orang sejak penggusuran kamp Jungle dekat Calais pada Oktober tahun lalu.

"Ini bukan lagi hanya upaya memulihkan kembali ketertiban umum" di kamp, kata Menteri Dalam Negeri Bruno Le Roux kepada Senat Prancis.

Prancis akan melanjutkan "pembongkaran kamp progresif yang harus dimulai sesegera mungkin," katanya, menambahkan bahwa "kami tidak bisa membiarkan ini terus terjadi," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Selama lebih dari satu dekade, pesisir utara Prancis menjadi magnet bagi para pengungsi dan imigran yang berusaha memasuki Inggris dan otoritas Prancis sudah berulang kali menggusur kamp-kamp mereka.

Kamp Grande-Synthe, yang mayoritas dihuni pengungsi Kurdi, dibangun oleh organisasi kemanusiaan Dokter Lintas Batas (MSF) untuk menampung para imigran dan pengungsi yang berisiko terlantar.

Mereka berkumpul di pesisir utara Prancis untuk menyusup di truk-truk yang melintas menuju Inggris atau membayar penyelundup membawa mereka menyeberangi Selat Inggris.

Polisi mengintervensi kamp setelah lima pria terluka dalam perkelahian awal bulan ini. Pria yang lain ditusuk pada November.

Beberapa ribu orang dari Jungle dikirim ke akomodasi sekitar Prancis pada Oktober tahun lalu, memicu kritik tajak dari partai sayap kanan jauh National Front dan kelompok-kelompok lain.(ab/)