Oleh Edy M Ya`kub Surabaya (ANTARA News) - Rumah bercat coklat yang terletak di Jalan Rungkut Asri Utara Nomor 5, Surabaya, Jawa Timur, itu tampak sederhana bila dibandingkan dengan rumah yang umumnya berada di kawasan perumahan mewah tersebut. Orang kebanyakan juga tidak bakal menyangka bila rumah itu merupakan kediaman keluarga seorang calon menteri yang tanggal 15 April 2007 mengakhiri jabatan sebagai Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. "Andaikata, saya betul-betul ditunjuk sebagai menteri, teman-teman saya bilang bahwa saya orang ITS yang pertama menjadi menteri," ujarnya, ketika diwawancarai puluhan wartawan di rumahnya, Minggu. Oleh karena itu, kata "arek suroboyo" kelahiran 17 Juni 1959 tersebut, andaikata dirinya ditunjuk menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), maka ia akan memadukan informasi dengan teknologi yang merupakan keahliannya. "Ikon teknologi saat ini bukan pabrik atau komputer, melainkan informasi, karena itu teknologi dan informasi harus dikemas `partner` untuk menggerakkan pendidikan, ekonomi, pemerintahan, dan sebagainya," ucapnya. Menurut ayah seorang putri itu, teknologi dan informasi bukan lagi sebagai alat, melainkan sebagai "partner" yang dapat menjadi "e-education, e-business," dan "e-government". "Ketika saya dipanggil Presiden ke kediamannya di Cikeas, beliau bilang tolong dikembangkan tentang ICT. Beliau tak menyebut departemen apa," ucapnya, yang diminta ke Cikeas pada Sabtu (5/5). Sedangkan, ICT adalah "Information, Communication and Technology", yang alih bahasanya menjadi Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) Setelah itu, katanya, Presiden menawarinya untuk bergabung di dalam kabinet. "Saya jawab bahwa Ketua RT saja meminta saya untuk bersih-bersih kampung, saya terima, masak' Presiden minta bantuan bersih-bersih negara kok tidak," katanya. Kendati diminta konsentrasi ke bidang teknologi informasi, ia mengaku, tidak akan mengabaikan bidang lainnya, seperti masalah penyiaran, pers, dan sebagainya. "Saya akan tetap mendorong percepatan konsep Detiknas, sekaligus mendorong embrio bagi e-Indonesia sebagaimana diminta presiden," ujarnya. Detiknas yang dimaksudnya adalah Dewan Teknologi dan Komunikasi Nasional, yang notabene selama ini dipimpin langsung oleh Presiden RI dan Menkominfo selaku Ketua Hariannya. Keahlian di bidang teknologi itu merupakan ilmu yang ditekuni Mohammad Nuh yang lahir dari keluarga petani sederhana dan religius dari Gununganyar, Surabaya. Sejak kecil, > Nur dikenal beotak encer, sehingga dirinya sempat kuliah di Jurusan Teknik Elektro ITS dan lulus pada 1983. Baru sebentar mengajar di almamaternya, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi ke Universite Science et Technique du Languedoc Montpellier, Prancis. Mohammad Nuh meraih gelar master (Strata Dua/S2) dan doktor (Strata Tiga/S3 dari perguruan tinggi di Negeri Menara Eiffel itu, dan putri satu-satunya yang bernama Rachma Rizqina Mardhotillah pun lahir di Montpellier, Prancis, pada 20 Desember 1989. Dalam disertasinya yang bertajuk "Realisation du System de Controle de l`Appareil d`Hyperthemie Superficielle ATS 2000", Nuh mengembangkan suatu sistem peralatan untuk terapi superficial bagi penderita kanker kulit. Alat itu masih digunakan di rumah sakit kanker kulit, Val d`Aurelle Montpellier Prancis. Meski jabatannya terbilang cukup banyak, Nuh bukanlah tipe ilmuwan yang asyik dengan dirinya sendiri dan ilmu yang digelutinya, karena dirinya juga aktif menulis beberapa artikel di media massa tentang berbagai hal, dan juga aktif menulis tiga buah buku selama menjabat rektor ITS periode 2003 hingga 2007. Mohammad Nuh juga aktif dalam pengabdian masyarakat, termasuk berbagai kegiatan sosial di luar ITS. Jabatan yang pernah dipegangnya, antara lain Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia Jawa Timur, dan Sekretaris Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya. Ia, antara lain juga menjabat Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya, Ketua Yayasan Pendidikan Al Islah Surabaya, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, dan Pengurus Maarif Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Surabaya. Dalam benaknya, ia selalu memikirkan orang-orang yang lemah dan miskin. Ia pun selalu berihtiar mencari jalan memutuskan mata rantai kemiskinan yang melilit orang-orang miskin tersebut. "Pendidikan adalah faktor utama dalam memutuskan mata rantai kemiskinan masyarakat, sehingga pendidikan merupakan salah satu isu pokok dalam pengembangan suatu bangsa," tutur mantan Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS Surabaya itu. Mohammad Nuh agaknya optimistis bahwa pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan, apalagi jika pendidikan dipercepat dengan teknologi informasi berbasis Internet (e-education). Pemikiran itu ditulisnya bersama beberapa dosen ITS dalam bentuk buku yang kemudian diserahkan kepada Presiden Yudhoyono pada Desember 2004 berjudul "Strategi dan Arah Kebijakan Pemanfataan Teknologi Informasi dan Komunikasi" yang disingkat menjadi "Indonesia-SAKTI." Dalam buku itu, Nuh menyampaikan pandangannya bahwa saat ini sedang terjadi suatu revolusi teknologi baru, yaitu revolusi TIK atau ICT. Menurut dia, revolusi teknologi yang terjadi sebelumnya berbeda dengan revolusi ICT. Revolusi ICT mempunyai dampak yang lebih luas, karena ICT telah menjadi suatu komponen utama bagi semua teknologi lain termasuk yang sepintas tampak tidak berhubungan seperti kedokteran, sipil/arsitek, geologi, permesinan, pertanian, yang perencanaan, dan operasionalnya sangat bergantung pada ICT. "Ikut di dalamnya juga revolusi ekonomi, karena ICT telah menjadi komponen utama bagi kegiatan perekonomian dengan melahirkan cara baru dalam berdagang, berproduksi, bertransaksi sehingga muncul istilah 'new economy, Internet economy, knowledge economy, e-economy', dan sejumlah nama lain yang menyiratkan munculnya model ekonomi baru yang digerakkan oleh eksistensi ICT dalam bisnis," katanya. Selain itu, ia menilai, ikutannya adalah terjadinya revolusi sosial, karena ICT telah menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola bermasyarakat, memungkinkan bekerja jarak jauh dengan waktu kerja bebas, belajar jarak jauh dengan waktu belajar bebas, memberikan ucapan selamat melalui sms, rapat melalui telewicara, hiburan sesuai permintaan, bahkan hiburan maya yang seakan nyata (Virtual Reality/VR). Di bidang hukum juga telah terjadi revolusi hukum, karena ICT pada akhirnya memunculkan sisi hitam dalam kehidupan umat manusia, yaitu adanya segelintir orang yang memanfaatkan teknologi untuk kepentingan pribadi dengan merugikan pihak lain (cyber crime) sehingga memerlukan penanganan hukum tersendiri (cyber law). Nuh juga memandang ICT sebagai teknologi khas yang sangat berbeda dengan banyak teknologi lain, karena ICT tidak selalu identik dengan modal finansial besar, tetapi modal kekayaan intelektual adalah lebih penting dan lebih dominan. "Itu memberikan banyak kesempatan bagi negara berkembang untuk dapat menarik manfaat maksimal dari ICT karena penghalangnya rendah. Banyak negara berkembang yang telah berhasil mengeksploitasi ciri khas ICT dan membuat negara tersebut menjadi pemain ICT kelas dunia yang diperhitungkan dalam waktu relatif singkat," katanya menambahkan. Serangkaian gagasan dan karya ilmiah itulah yang agaknya membuat Presiden Yudhoyono bukan sekadar mengundang M. Nuh ke Cikeas, namun lebih jauh lagi memperluas pengabdiannya bagi bangsa dan negara ini dalam satu tim hasil "reshuffle" (perombakan) kedua di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB). (*) (Foto: Mohammad Nuh)