Jakarta (ANTARA News) - Gerakan Solidaritas Peduli Freeport (GSPF) mencatat saat ini PT Freeport Indonesia menyerap sebanyak 32.608 tenaga kerja lokal, yang telah memberikan manfaat signifikan bagi perekonomian Kabupaten Mimika, Papua.

Juru Bicara GSPF Virgo Solossa saat dihubungi di Jakarta, Selasa mengatakan, secara total, tenaga kerja Freeport Indonesia mencapai 33.452 orang dengan rincian 32.608 pekerja lokal dan 844 pekerja asing.

"Dari total 33.452 tenaga kerja tersebut, sebanyak 12.184 merupakan karyawan langsung dan 21.286 lainnya pekerja kontraktor," ujarnya.

Lalu, dari total 33.452 pekerja itu, orang asli Papua mencapai 8.413 orang atau 25,15 persen dan pekerja Indonesia non-Papua sejumlah 24.195 orang atau 72,33 persen.

Sedangkan, tenaga kerja asing hanya 844 orang atau 2,5 persen.

Ia melanjutkan, dari karyawan langsung Freeport Indonesia yang berjumlah 12.184 itu, pekerja asli Papua mencapai 4.357 atau 35,76 persen dan karyawan Indonesia non-Papua sejumlah 7.652 atau 62,8 persen.

Sedangkan karyawan asing hanya sejumlah 175 orang atau 1,44 persen.

Dengan data-data tersebut, menurut Virgo, terganggunya operasi Freeport sekarang ini dirasakan cukup berat oleh rakyat Mimika.

"Ketika perusahaan merumahkan dan mem-PHK-kan karyawannya, otomatis hal ini mempengaruhi dinamika sosial dan ekonomi masyarakat," ujarnya.

Ia melanjutkan, semakin lama proses negosiasi pemerintah pusat dengan Freeport, semakin berdampak besar terhadap pendapatan asli daerah dan keberlangsungan kehidupan masyarakat.

Baca juga: (Freeport disebut tidak beritikad bangun smelter)

Virgo menambahkan, sejak 1996, Freeport telah melipatgandakan jumlah karyawan asli Papua yang memegang posisi manajemen strategis.

"Hingga saat ini telah ada enam vice president asli Papua dan 40 manajer atau karyawan level senior asli Papua. Selain itu, telah ada 29 operator haul truck wanita," ujarnya.

(K007/J003)