Jakarta (ANTARA News) - Arkeolog Pusat Riset Kelautan Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan Ira Dillenia mengatakan, artefak barang muatan kapal tenggelam (BMKT) kebanyakan berasal dari China.

"Koleksi yang paling terkenal dalam koleksi di galeri BMKT KKP adalah kargo dari China dari abad ke-6 dan 7 yang ditemukan di perairan Bangka Belitung," kata Ira Dillenia ketika ditemui di sela-sela peresmian Galeri BMKT di Gedung Mina Bahari IV Lantai 2, KKP, Jakarta, Senin malam.

Berdasarkan pantauan di galeri tersebut, memang banyak ditemukan koleksi barang antik seperti artefak kaca, tembikar, tempayan, teko, guci, cepuk, mangkuk, piring, dan vas.

Berbagai koleksi artefak itu diketahui berasal dari barang beragam dinasti China seperti Dinasti Tang pada abad ke-9, Dinasti Song pada abad ke-11 dan ke-12, Dinasti Yuan pada abad ke-13 dan ke-14, Dinasti Ming pada abad ke-16, dan Dinasti Qing pada abad ke-17 dan 18.

Menurut Ira Dillenia, mengapa banyak ditemukan barang dari Dinasti China antara lain karena kapal dari negara Oriental tersebut adalah yang kerap membawa artefak keramik sebagai kargo yang diproduksi untuk diperdagangkan dengan banyak bangsa.

Sementara pedagang dari negara-negara Barat, seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda, biasanya tidak membawa kargo keramik untuk diperdagangkan, tetapi lebih banyak untuk keperluan mereka sehari-hari seperti piring dan gelas untuk makan minum.

Kepala Badan Riset dan SDM KKP Zulficar Muchtar mengatakan, riset arkeologi maritim yang dilakukan dalam lingkup pihaknya melibatkan multidisiplin keilmuan yaitu geologi-geofisika, oseanografi, ekologi laut, serta arkeologi maritim.

Aktivitas yang dilakukan melingkupi antara lain pengkajian awal, survei dan eksplorasi, identifikasi dan penentuan lokasi, analisis data dan nilai penting, serta pendokumentasian.

Selain itu, Badan Riset dan SDM KKP juga akan menyusun kurikulum, metodologi dan modul sebagai bahan untuk menggelar pendidikan dan pelatihan, serta rekomendasi terkait BMKT.

"Terkait dengan bentuk rekomendasi nantinya dapat berupa rekomendasi untuk pengelolaan dan pemanfaatan secara pelestarian insitu dengan gagasan Taman Wisata Eko-Arkeologi Bawah Laut yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir di sekitarnya," katanya.

Selain itu, ujar dia, rekomendasi ke arah eskavasi atau pengangkatan akan dilakukan apabila BMKT dan sumber daya arkeologi maritim mendapatkan ancaman baik dari pihak kalangan manusia maupuan dari faktor alam.

Zulficar juga mengungkapkan, ke depan pihaknya juga akan meriset tata ruang laut terkait sumber daya arkeologi maritim, riset pemanfaatan BMKT untuk wisata bahari, dan ekskavasi di Pulau Laut Natuna serta membangun museum maritim di Belitung Timur.

(M040/T007)