Sultan dorong munculnya studi permebelan di Yogyakarta
13 Maret 2017 22:08 WIB
Peluncuran Jiffina 2017 Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X memberikan sambutan pada pembukaan Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2017 di Yogyakarta, Selasa (27/12/2016) malam. Perhelatan furnitur dan kerajinan tingkat internasional tersebut ditargetkan dikunjungi 4.000 pembeli dari berbagai belahan dunia guna mengenalkan produk lokal berkualitas internasional. (ANTARA /Andreas Fitri Atmoko)
Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X mendorong pengusaha permebelan dan kerajinan Yogyakarta memunculkan studi khusus permebelan dan kerajinan sebagai wahana menciptakan inovasi desain baru di sektor itu.
"Memang ada baiknya merintis kemitraan dengan akademi komunitas untuk mengembangkan studi khusus permebalan dan kerajinan," kata Sultan saat membuka gelaran Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2017 di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta, Senin.
Ia megatakan dorongan pendirian pusat studi itu bukan bermaksud untuk menyaingi rencana pendirin pendidikan politeknik khusus furnitur oleh Pemerintah Pusat di Semarang melainkan berbasis pada kebutuhan yang didukung dengan banyaknya SDM potensial kreatif di Yogyakarta.
Menurut dia, pusat studi khusus permebelan dan kerajinan dibutuhkan sebagai wahana untuk mempertemukan antara para pengusaha, pengrajin, para ahli desain grafis, serta seniman untuk menciptakan inovasi-inovasi baru produk mebel dan kerajinan yang berdaya saing tinggi. "Karena untuk menciptakan inovasi memang membutuhkan riset," kata dia.
Sultan mengatakan pada era persaingan pasar berbagai produk mebel dan kerajinan saat ini, sebaiknya para pengusaha dan pengrajin bukan lagi hanya berfokus untuk memenuhi permintaan pasar saja. Di sisi lain, mereka juga harus mampu proaktif menawarkan inovasi desain baru kepada pasar.
"Penciptaan kebutuhan-kebutuhan baru dengan membuka segmen pasar baru adalah sebuah keniscayaan," kata dia.
Penciptaan inovasi baru itu, menurut dia, juga untuk menghadapi terus berkurangnya bahan baku mebel dan kerajinan seperti kayu jati. Menghadapi terbatasnya bahan baku, para pengrajin misalnya dapat memadukan penggunaan bahan baku kayu jenis lainnya yang memiliki kualitas tidak jauh berbeda, atau memunculkan tren penggunaan bahan baku lainnya seperti kayu glugu (pohon kelapa).
"Bahkan dengan inovasi seperti itu dapat menjadi "trend setter" mebel dan kerajinan dengan menonjolkan citra Nusantara," kata dia.
Gelaran Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2017 yang mengusung tema "Indonesia Furniture and Craft Resources" itu diikuti 187 UKM asal Yogyakarta, Klaten, Solo, Semarang, dan Bali mulai 13-16 Maret. Pameran yang ditargetkan memiliki nilai transaksi 90 juta dolar AS itu mengundang 20.000 buyer mancanegara.
(L007/B015)
"Memang ada baiknya merintis kemitraan dengan akademi komunitas untuk mengembangkan studi khusus permebalan dan kerajinan," kata Sultan saat membuka gelaran Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2017 di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta, Senin.
Ia megatakan dorongan pendirian pusat studi itu bukan bermaksud untuk menyaingi rencana pendirin pendidikan politeknik khusus furnitur oleh Pemerintah Pusat di Semarang melainkan berbasis pada kebutuhan yang didukung dengan banyaknya SDM potensial kreatif di Yogyakarta.
Menurut dia, pusat studi khusus permebelan dan kerajinan dibutuhkan sebagai wahana untuk mempertemukan antara para pengusaha, pengrajin, para ahli desain grafis, serta seniman untuk menciptakan inovasi-inovasi baru produk mebel dan kerajinan yang berdaya saing tinggi. "Karena untuk menciptakan inovasi memang membutuhkan riset," kata dia.
Sultan mengatakan pada era persaingan pasar berbagai produk mebel dan kerajinan saat ini, sebaiknya para pengusaha dan pengrajin bukan lagi hanya berfokus untuk memenuhi permintaan pasar saja. Di sisi lain, mereka juga harus mampu proaktif menawarkan inovasi desain baru kepada pasar.
"Penciptaan kebutuhan-kebutuhan baru dengan membuka segmen pasar baru adalah sebuah keniscayaan," kata dia.
Penciptaan inovasi baru itu, menurut dia, juga untuk menghadapi terus berkurangnya bahan baku mebel dan kerajinan seperti kayu jati. Menghadapi terbatasnya bahan baku, para pengrajin misalnya dapat memadukan penggunaan bahan baku kayu jenis lainnya yang memiliki kualitas tidak jauh berbeda, atau memunculkan tren penggunaan bahan baku lainnya seperti kayu glugu (pohon kelapa).
"Bahkan dengan inovasi seperti itu dapat menjadi "trend setter" mebel dan kerajinan dengan menonjolkan citra Nusantara," kata dia.
Gelaran Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2017 yang mengusung tema "Indonesia Furniture and Craft Resources" itu diikuti 187 UKM asal Yogyakarta, Klaten, Solo, Semarang, dan Bali mulai 13-16 Maret. Pameran yang ditargetkan memiliki nilai transaksi 90 juta dolar AS itu mengundang 20.000 buyer mancanegara.
(L007/B015)
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: