Mesuji, Lampung (ANTARA News) - Banjir masih melanda sebagian wilayah Kecamatan Way Serdang di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung menyusul hujan deras yang mengguyur wilayah ini beberapa hari terakhir.

Banjir terjadi di permukiman dan lingkungan warga di Kecamatan Way Serdang di Mesuji, Senin, sehingga mengakibatkan ratusan rumah tergenang dengan ketinggian air sekitar 1 meter hingga 3 meter. Banjir itu antara lain menggenangi Desa Labuhan Permai di Kecamatan Way Serdang.

Kepala Kampung Labuhan Permai Abdul Kadir menuturkan, hujan deras dalam beberapa hari terakhir memicu air beberapa sungai meluap dan menyebabkan banjir.

"Maklum rumah warga di Kecamatan Way Serdang ini berdiri di areal rawa yang rentan terendam banjir," kata Abdul.

Rumahnya yang berada di Desa Labuhan Permai itu juga ikut terendam banjir, dan mengakibatkan mereka kesulitan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari secara normal.

Tak hanya rumah warga, banjir juga merendam fasilitas umum seperti balai desa dan pendidikan anak usia dini (PAUD) setempat, serta rumah ibadah dan jembatan penyeberangan. Akibatnya, akses ekonomi warga pun putus total.

"Kami kesulitan, karena semua akses jalan terputus total, dan banjir ini adalah terbesar yang pernah terjadi dari tahun sebelumnya. Banjir juga menggenangi jalan negara Lintas Timur Km 199 Kecamatan Way Serdang yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan," ujarnya.

Secara terpisah, Drs Syahril, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mesuji mengakui hingga kini bantuan dari pemerintah dan sumbangan pihak ketiga sudah disalurkan untuk para korban banjir itu.

Menurutnya, hari ini (13/3) para pegawai dan relawan sedang memilah-milah bantuan untuk kemudian dibungkus dalam paket dan segera disalurkan.

"Mulai hari ini didistribusikan. Bantuan yang disalurkan berupa kebutuhan pokok, seperti minyak goreng, mi instan, dan beras, selimut, peralatan dapur, handuk, beserta sarana kesehatan," ujarnya.

Dia menegaskan bantuan akan diprioritaskan untuk daerah yang paling parah terkena banjir, serta warga korban banjir yang tidak mampu.

Menurut dia, hal itu dilakukan karena tidak mencukupi jumlah bantuan, sehingga yang paling parah akan didahulukan diberi bantuan.

Selain itu, Syahril mengakui anggaran bantuan bencana di instansinya sangat terbatas dan minim, sehingga untuk membantu korban banjir yang rumahnya rusak berat harus meminta suntikan dana dari pemerintah provinsi atau pemerintah pusat.

"Dana yang kami gunakan dari anggaran tak terduga," katanya.