Jakarta (ANTARA News) - Outlet-outlet berita Rusia yang ada di bawah kendali Presiden Vladimir Putin yang dulu berdiri di belakang Donald Trump selama Pemilu AS 2016, kini berbalik mengupas kekacauan dan perpecahan dalam tubuh pemerintahan Trump.

"Skandal Sessions: AS Menuju Krisis Konstitusional," demikian judul utama laman media Rusia RT yang didanai Kremli, pada edisi 3 Maret silam. Sessions adalah merujuk kepada Jeff Sessions, jaksa agung pemerintahan Trump yang diguncang skandal pembicaraan dengan Rusia menjelang Trump dilantik.

Sementara itu Sputnik News, laman berbahasa Inggris lainnya yang didanai Kremlin, menurunkan judul, "Imigran Menyaksikan Impian Amerika Meredup di Tengah Naiknya Kejahatan Karena Kebencian."

"Amerika Dicengkeram Kebencian," kata komentator televisi Rusia Dmitry Kiselyov kepada jejaring Rossiya 1, Minggu malam lalu. Host terkenal yang ditunjuk langsung oleh Presiden Putin itu menyatakan perselisihan politik itu bisa mengantarkan kepada kekerasan di Amerika yang rakyatnya menggandrungi senjata. Dia menyebut hal itu sebagai kombinasi berbahaya dengan bebasnya aliran senjata di AS.

Bukan perkara kebetulan jika media massa binaan Kremlin itu berubah arah setelah beberapa bulan lamanya membantu menyokong Trump mengalahkan Hillary Clinton. Menurut para pakar, tujuan utama Moskow intervensi dalam Pemilu AS bukan demi mendudukkan Trump melainkan untuk merusak sistem politik AS.

"Pemerintah Rusia menikmati rusak binasanya citra internasional Amerika sebagai hasil dari rangkaian rusuh pada awal pemerintahan Trump," kata Andrew Weiss, bekas pejabat Dewan Keaman Nasional AS urusan Rusia di bawah pemerintahan Bill Clinton.

Asumsi ini tidak terlalu salah karena Rusia saat ini ragu Trump mewujudkan janjinya untuk bekerja sama lebih erat dengan Rusia.

Liputan media massa Rusia memang tidak berdampak pada debat politik di AS, kendati berita-berita RT dan Sputnik disebarluaskan ke segara penjuru dunia melalui Twitter dan Facebook.

Namun perubahan nada liputan mereka menyangkut politik AS menawarkan petunjuk penting mengenai perubahan serupa pada bagaimanan Vladimir Putin memandang AS saat ini. Dan saat ini, Putin merasa ada krisis dalam pemerintahan Trump, demikin politico.com.