Jakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan musim kemarau sebagian besar akan berawal Mei, Juni dan Juli.

"Sebagian besar wilayah atau sekitar 86,1 persen akan masuk musim kemarau pada Mei, Juni dan Juli 2017," kata Deputi Bidang Klimatologi Mulyono Prabowo di Jakarta, Selasa.

Sementara puncak musim kemarau, menurut prakiraan BMKG, terjadi Juli-September di 85,6 persen wilayah.

Prabowo mengatakan 22,8 persen wilayah atau 64 Zona Musim berpotensi mengalami kemarau lebih awal.

"Perlu diantisipasi karena tidak menutup kemungkinan daerah yang musim kemarau lebih awal tidak menutup kemungkinan akan lebih kering dan berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan," ujar Prabowo.

Menurut BMKG, pada Februari dan Maret 2017 ada beberapa wilayah yang sudah masuk musim kemarau tapi pada April curah hujannya tinggi dan mengalami kemarau lagi pada pada Juni, Juli dan Agustus.

Prabowo mencontohkan warga wilayah Jambi dan Papua bagian selatan perlu mewaspadai kemarau lebih awal.

Selain itu ada beberapa wilayah yang musim kemaraunya mundur dan curah hujannya masih berlebih sehingga bisa dimanfaatkan untuk potensi pertanian.

"Misalnya Kalimantan bagian timur, beberapa wilayah di Sulawesi. Curah hujan yang berlebih ini tentunya bisa dimaksimalkan untuk pertanian," kata Prabowo.

BMKG mengingatkan perlunya mewaspadai kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan selama musim kemarau dan ancaman kekeringan di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, meski kemungkinan tidak akan separah tahun 2015.