Bandarlampung (ANTARA News) - Kementerian Ketenagakerjaan RI akan membentuk desa migran produktif di Kabupaten Lampung Tengah karena daerah tersebut memiliki tenaga kerja paling banyak ke luar negeri.

Dalam siaran pers Humas Pemkab Lampung Tengah yang diterima di Bandarlampung, Selas, pada kunjungan ke Kabupaten Lampung Tengah, rombongan dari Kementerian Ketenagakerjaan RI yang terdiri atas empat orang dipimpin oleh Tri Ariyanto selaku Ketua Tim Survei.

Tri Ariyanto mengatakan bahwa maksud dan tujuannya ke Lampung Tengah adalah untuk mengidentifikasi Desa Migran Produktif yang ada di Lampung Tengah.

Ketua rombongan tim itu pun menjelaskan bahwa berdasarkan data yang ada di Kementerian Ketenagakerjaan RI ada 2 (dua) Desa di Kabupaten Lampung Tengah ini yang mempunyai tenaga kerja paling banyak bekerja di luar negeri yaitu Kampung Bumi Nabung Ilir, Kecamatan Bumi Nabung dan Desa Buyut Utara, Kecamatan Gunung Sugih.

"Untuk itu Kementerian Ketenagakerjaan RI ingin menjadikan (dua) Desa yang ada di Lampung Tengah tersebut menjadi Desa Migran Produktif, melalui program tersebut kedua desa akan diberi berbagai program kegiatan yang akan dibiayai oleh Kementerian Ketenagakerjaan, yang nantinya kegiatannya disesuaikan dengan kebutuhan kedua desa tersebut," kata dia.

Dengan adanya Program Kampung atau Desa Migran Produktif diharapkan masyarakat tidak akan tertarik lagi untuk bekerja ke luar negeri, akan tetapi cukup bekerja di desa masing-masing, ini tentunya berarti akan menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Sementara Bupati Lampung Tengah Hi.Mustafa yang menerima rombongan tersebut mengharapkan ada program dari Kementerian Ketenagakerjaan yang disalurkan ke kabupaten tersebut.

"Kabupaten Lampung Tengah mempunyai Wilayah yang begitu luas, untuk itu sangat diharapkan betul agar program-program yang ada di Kementerian Ketenagakerjaan RI bisa masuk ke daerah ini," kata dia.

Acara pertemuan tersebut dihadiri oleh Bupati Lampung Tengah, Wakil Bupati Lampung Tengah, Sekretaris Daerah, dan Kepala SKPD se-Lampung Tengah.